"Mel, aku hanya punya Mama. Dia sudah mengorbankan seluruh hidupnya untukku. Samsul? Jika kami berjodoh, pasti Allah akan mempertemukan kami di saat yang tepat."
"Lalu maksudmu ke sini, apa?"
Telunjuk Aletta mengarah ke arah kardus di balik pintu."Mau minta tolong ya , Melody yang cantik,baik hati , suka menolong dan tidak sombong, itu kardus isinya buku-buku dari Samsul. Tolong dikembalikan ya. Pliss! Bantulah aku melupakannya. Biarlah kenangan bersamanya menjadi masa laluku."
*enha*
Gerimis baru saja usai ketika aku sampai di kafe yang dekat dengan sekolah tempat Samsul mengajar. Rupanya ia sudah sampai mendahuluiku.
"Maaf membuatmu menunggu," sapaku kepada lelaki yang masih memakai seragam coklat itu.
Ia tersenyum lalu mempersilahkanku untuk memesan makanan.
"Tak perlu dikembalikan sebenarnya. Itu hadiah untuk Aletta," kata Samsul.
Lelaki berkumis tipis itu hanya melihat sekilas pada kardus yang kubawa.
"Ia tak mau terjerat dalam kenangan bersamamu."
Samsul menarik napas panjang. Ia mempermainkan sedotan dalam gelas minumannya.