Mohon tunggu...
Nur Hidayati
Nur Hidayati Mohon Tunggu... Guru - guru

Menulis untuk berbagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pak Ri

13 April 2020   08:42 Diperbarui: 13 April 2020   08:45 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Penyabit Rumput, Rinaldi Munir. Wordpress.com

"Bu Min, Panjenengan pernah lihat Pak Ri, nggak...? Sudah sekitar satu bulan lebih ibu-ibu menunggu kedatangannya. Rumput-rumput di sekitar rumah kami sudah tinggi-tinggi, dan Pak Ri belum muncul juga."

"Waah...sama, Bu. Warga kami juga menunggu Pak Ri, kok gak muncul-muncul. Justru saya lewat sini tadi, sambil mencari-cari Pak Ri. Siapa tahu terlihat  sedang bersih-bersih di sekitar sini....", jawab Bu Min.

"Ya sudah kalau begitu. Mangga, Bu. Terima kasih..."

"Mangga, Bu Min. Sami-sami....!" Jawabku membiarkan  Bu Min berlalu.

Tanda tanya besar semakin memenuhi kepalaku. Ke mana ya Pak Ri selama ini. Dan semakin banyak pertanyaan yang aku kaitkan dengan berbagai kemungkinan. Ah.... Kucoba menepis kemungkinan-kemungkinan terburuk yang muncul di benakku.

Lalu aku mencoba mencari tahu. Kulangkahkan kakiku menuju rumah Bu Mila. Biasanya ibu-ibu suka berkumpul di situ. Benar saja, di teras depan rumah ada Bu Ida, Bu Umi, dan Bu Mila sendiri. 

Lalu kuceritakan pertemuanku dengan Bu Min tadi, dan kusampaikan kemungkinan-kemungkinan terburuk  yang dialami Pak Ri. Akhirnya, kami sepakat untuk mendatangi tempat tinggal Pak Ri di desa atas.

Apa yang akan kami lakukan ini tidaklah berlebihan. Yang jelas, bukan sekedar masalah nantinya kami harus capek-capek membersihkan rumput sendiri. Apalagi berpikir egois, bahwa  kami akan sangat repot kalau tidak ada Pak Ri. 

Tapi ini masalah kemanusiaan. Pak Ri, bagi kami warga kampung, bahkan bagi warga kampung sebelah, sudah menyatu. Sudah seperti keluarga sendiri. Memang awalnya, kami hanya  membutuhkan jasanya. Tapi semakin lama, jalinan hubungan kami semakin dekat. Sudah seperti saudara.

***

Sesuai hari yang telah disepakati, kami pun berangkat ke desa, tempat  Pak Ri tinggal. Kami berempat berboncengan. Sekitar 20 menit perjalanan, aku dan ibu-ibu sampai di pintu masuk desa, tempat tinggal Pak Ri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun