Pak awanpun hanya bisa menghela napas Panjang dan menghibur anak anaknya dengan diberikan uang, untuk jajan keluar.
Sebulan kemudian Ketika uang dan perbekalanya sudah habis bu winapun  mengutarakan keinginannya untuk bisa berangkat Kembali menjadi tkw keluar negri. Tidak ada yang bisa melarangnya untuk berangkat, namun ayra menyampaikan isi hatinya yang ia pendam selama bertahun tahun lamanya.
Ayra :" mbu mau berangkat lagi, gak sayang sama ayra? "
Bu wina : " karna mbu sayang jadinya ibu berangkat lagi ayra, disinimah tidak ada pemasukan yang menjamin kita kedepannya"
Ayra: "mbu...... silahkan mbu kalau mau berangkat lagi jadi tkw tapi jangan akui lagi saya sebagai anak" ucap ayra sembari menangis dan masuk kamar denagn kecewa. Karna ini bu wina tidak berangkat lagi menjadi tkw.
Dipertengahan kelas 10 SMA ayra memutuskan untuk tinggal di pondok pesantren, barulah ia mulai bisa merasakan rumah yang bisa merangkul hatinya yang sudah lama hampa, karna dengan belajar ilmu agama dan juga berkempul dengan orang- orang yang mulia hatinya merasa adem, tenang, tentram.
Setelah satu minggu dipesantren ternyata ada beberapa santri yang tertarik kepadanya, Â ada yang lebih muda dari ayra, ada yang seumuran bahkan ada yang sudah lebih dewasa, semuanya mencoba untuk mendekati dan masuk kedalam hati, ada yang perhatian bahkan ada yang mencoba mengungkapkan isi hatinya sampai 3x tetep ayra tolak karena temannya juga menyukai santri tersebut, al hasil ayra malah dekat dengan santri yang lebih dewasa, yang bisa membimbing dan mengingatkan ayra kepada ALLah SWT, darisanalah awal mulanyanya ayra berkomitmen dengan satu pria yang dianggapnya bisa membahagiakan dia dunia akhirat, lahir batin.
Setelah 3 tahun berkomitmen dengan santri sebut saja dia mang abdul, takdir baik tidak berpihak ke ayra karna mang abdul malah melamar saudara ayra.
Serasa tersambar petir ayra Kembali terpuruk dan menarik diri dari oranglain, bibir boleh tersenyum namun luka hatinya sangat mendalam, seperti biasa ayra curahkan keluh kesah dan rasa sakitnya kepada Allah SWT karna tidak ada lagi orang yang bisa ayra percaya.
Ayra:" ya Allah apalagi ini? Apakah saya tidak berhak bahagia?" sahutnya sembari menangis dipersetiga malam.
Ayra tidak begitu memikirkan soal itu dikarenakan fokusnya teralihkan oleh bertepatannya dengan problem ekonomi ayra masuk kuliah, fokusnya kepada kuliah dan cita citannya sedikit melupakan ayra kepada mang abdul.