(artikel ini di buat  untuk memenuhi tugas kelompok yang di susun oleh Nur Dwi Indah Sari, Fitri Rizqy Mas'udah, Muslikah,Diva Faiza Zakia, untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah" praktikum konseling kognitif perilaku" yang diampu oleh Bapak Dosen Dr. Bakhrudin All Habsy M,Pd)
A. PENGERTIAN CBM
- Konsep Perilaku
Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang Sebagian lagi terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor internal Sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan.
Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
- Perubahan alamiah (natural change) adalah perubahan yang dikarenakan perubaha pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas.
- Perubaham terencana (planned change) adalah perubaham terjadi karena sudah direncanakan sendiri oleh subjek.
- Perubahaan dari hal kesediannya untuk berubah (readness to change) adalah perubahan yang terjadi apabila terdapat sutau inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah Sebagian orang cepat mengalami peruahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkam setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.
Tim ahli WHO (1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku ada empat alas an pokok, yaitu:
- Pemikiran dan perasaan
- Bentuk pemikiran dan perasaan ini merupakan pengetahuan, kepercayaan, sikap dan lain-lain
- Orang penting sebagai referensi
- Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang di katakana dan dilakukan cenderung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi seperti: guru, kepala suku dll.
- Sumber daya
- Yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya: waktu, uang, tenaga kerja, keterampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.
- Kebudayaan
- Perilaku moral, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu masyarakiat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa alasan seseorang berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat berbeda-beda penyebab atau latar belakangnya.
- Pengertian Modifikasi Perilaku Menurut Para Ahli
- Menurut Edward Thorndike (1991)
- Modifikasi perilaku menunjuk kepada teknik mengubah perilaku, seperti mengubah perilaku dan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus melalui penguatan perilaku adaptif atau penghilangan perilaku maladaptif melalui hukuman.
- Menurut Eysenk
- Modifikasi perilaku adalah upaya mengubah perilaku dan emosi manusia dengan cara yang menguntungkan berdasarkan teori yang modern dalam prinsip psikologi belajat.
- Wole (1973)
- Modifikasi perilaku adalah penerapan prinsip-prinsip belajar yang telah teruji secara eksperimental untuk mengubah perilaku yang tidak adaptif, kebiasaan-kebiasaan yang tidak adaptif dilemahkan dan dihilangkan, perilaku adaptif ditimbulkan dan dikukuhkan.
Modifikasi perilaku-kognitif terdiri dari berbagai prosedur pelatihan yang berbeda-beda, termasuk di dalamnya antara lain relaksasi, terapi kognitif, dan pemantauan diri. Modifikasi perilaku-kognitif merupakan gabungan terapi perilaku dan terapi kognitif. Dalam pelaksanaannya, modifikasi perilaku-kognitif menekankan pada pemahaman terhadap aspek pengalaman kognisi yang berbeda-beda misalnya kepercayaan, harapan, imajinasi, pemecahan masalah, disamping mempelajari keterampilan teknik perilaku.
Teori Modifikasi Perilaku Kognitif atau Cognitive Behavior Modification (CBM) dikembangkan oleh Donald Michenbaum yang menggunakan terapi self instructional, yang pada dasarnya adalah proses merestrukturisasi sistem kognisi konseli, namun terpusat pada perubahan pola verbalisasinya. Menurut Michenbaum, pernyataan diri akan mempengaruhi tingkah laku seseorang sebagaimana pernyataan diberikan oleh orang lain. Sebagai langkah awal dalam CBM, sebagai persyaratan untuk perubahan perilaku, konseli harus mengenali cara mereka berpikir, merasa dan bertindal serta bagaimana akibatnya terhadap orang lain. CBM memusatkan perhatian menyadarkan konseli dalam melakukan komunikasi dengan diri sendiri. Â Proses terapi terdiri dari kegiatan melatih konseli untuk mengubah intruksi yang diberikan kepada diri mereka sendiri agar mereka mau mengatasi masalah secara lebih efektif.
Konseling Cognitive Behavior Modification (CBM) atau Modifikasi Perilaku Kognitif adalah suatu pendekatan dalam psikoterapi yang bertujuan untuk membantu individu mengubah pola pikir (kognisi) dan perilaku yang tidak adaptif atau merugikan. Pendekatan ini berfokus pada hubungan antara pikiran, perasaan, dan perilaku, dengan keyakinan bahwa cara kita berpikir mempengaruhi cara kita merasakan dan bertindak. Dengan mengubah cara berpikir, kita dapat mengubah cara kita merasa dan berperilaku.
- Kognisi mengacu pada pikiran atau cara kita memandang suatu situasi, sedangkan perilaku merujuk pada respons atau tindakan yang kita ambil berdasarkan pikiran tersebut.
- CBM berusaha untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif atau irasional yang sering menyebabkan perilaku yang tidak produktif atau berisiko
Contoh: Seseorang yang berpikir, "Saya selalu gagal dalam ujian," mungkin merasa cemas dan akhirnya tidak belajar dengan efektif, yang berujung pada kegagalan. Dengan konseling CBM, individu akan diajarkan untuk menggantikan pikiran tersebut dengan pikiran yang lebih rasional dan realistis, seperti "Saya bisa belajar dengan lebih baik jika saya mempersiapkan diri dengan baik."
Cognitive Behavior Modification (CBM) merupakan teknik menggabungkan kognitif dan bentuk modifikasi perilaku. Menurut CBM, individu yang akan bertindak, sebelumnya didahului adanya proses berpikir. Selanjutnya bila individu ingin mengubah suatu perilaku yang tidak adaptif, terlebih dahulu harus memahami aspek-aspek yang berada dalam pengalaman kognitif dan berusaha untuk membangun perilaku adaptif dengan mempelajari keterampilan-keterampilan yang terdapat pada terapi perlakuan. Setelah individu menguasai keterampilan yang diajarkan, diharapkan ia mampu mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari. Menurut Meichenbaum (dalam Aryani, 2008) bahwa modifikasi perilaku kognitif dilakukan berkenaan untuk menolong siswa mendefinisikan problem kognitif dan perilakunya, dengan mengembangkan kognisi, emosi, perubahan perilaku dan mencegah kambuh kembali. Adapun asumsi yang mendasari modifikasi perilaku kognitif adalah :
1. Kognisi yang tidak adaptif mengarah pada pembentukan tingkah laku yang tidak adapttif pula.
2. Peningkatan diri yang adaptif dapat ditempuh melalui peningkatan pemikiran yang positif.
3. Klien dapat mempelajari peningkatan pemikiran mengenai sikap, pikiran, dan tingkah laku.
Jadi, dari penjelasan yang telah diungkapkan secara singkat modifikasi perilaku kognitif dapat diartikan sebagai suatu teknik yang secara simultan berusaha memperkuat timbulnya perilaku adaptif dan memperlemah perilaku yang tidak adaptif (maladaptif) melalui pemahaman proses internal yaitu aspek kognisi tentang pikiran yang kurang rasional dan upaya pelatihan keterampilan coping yang sesuai, tentunya dengan menggunakan teknik yang sesuai untuk permasalahan yang terjadi pada siswa yakni masalah stres belajar.
Konseling Cognitive Behavior Modification (CBM) melibatkan berbagai aspek yang berkontribusi pada efektivitas proses konseling. Berikut adalah beberapa aspek penting dalam CBM:
- Aspek Kognitif
- Pola Pikir : menyoroti pentingnya pola pikir dalam memengaruhi perasaan dan perilaku
- Distori Kogmitif : mengidentifikasi dan mengatasi distorsi kognitif, seperti pemikiran hitam-putih, generalisasi berlebihan, atau meminimalkan hal positif.
- Aspek Perilaku
- Perubahan Perilaku : fokus pada pengubahan perilaku maladaptif melalui teknik-teknik perilaku, seperti penguatan positif atau penghindaran.
- Latihan Keterampilan: mengajarkan keterampilan sosial dan teknik pengendalian stress untuk membantu konseli menghadapi situasi yang sulit.
- Aspek Emosional
- Pengelolaan Emosi: membantu konseli memahami dan mengelola emosi mereka, termasuk kecemasan, depresi dan kemarahan.
- Regulasi Emosional: mengajarkan teknik untuk mengatur respon emosional agar lebih adaptif.
- Aspek Sosial
- Interaksi Interpersonal: mengembangkan keterampilan komunikasi dan hubungan interpersonal yang sehat.
- Dukungan Sosial: mendorong konseli untuk membangun jaringan dukungan sosial yang positf.
- STRATEGI KONSELING CBM
- Berikut adalah beberapa strategi yang digunakan dalam konseling Cognitive Behavior Modification (CBM) :
- Assesment Awal
- Melakukan assessment awal untuk mengetahui atau memahami masalah yang dialami konseli, termasuk mengidentifikasi pikiran negatif dan perilaku maladaptif yang sedang dialami.
- Penetapan Tujuan
- Konselor membantu konseli untuk menetapkan tujuan yang spesifik dan terukur yang ingin dicapai melalui proses konseling. Pastikan tujuan tersebut realistis dan dapat dicapai dalam jangka waktu tertentu.
- Edukasi tentang Proses CBM
- Menjelaskan kepada konseli tentang hubungan antara pikiran, perasaan, dan perilaku dan berikan pemahaman kepada konseli mengenai distori kognitif dan bagaimana mngidentifikasinya.
- Identifikasi Pikiran Negatif
- Konselor mengajak konseli untuk mencatat pikiran otomatis yang muncul dalam situasi tertentu dan diskusikan contoh-contoh spesifik dari pikiran negatif tersebut.
- Reframing dan Evaluasi Pikiran
- Melatih konseli untuk menggantikan pikiran negatif dengan alternatif yang lebih positif dan realistis. Gunakan teknik Socratic Questioning untuk mendorong refleksi kritis.
- Pengembangan Keterampilan
- Ajarkan keterampilan koping pada konseli, seperti teknik relaksasi, pengendalian stress dan keterampilan sosial. Latih konseli untuk menerapkan keterampilan ini pada situasi nyata.
- Eksperimen Kognitif
- Rencanakan eksperimen yang memungkinkan konseli menguji keyakinan mereka dalam situasi yang sebenarnya. Â Bantu konseli untuk menganalisis hasil eksperimen dan menarik kesimpulan.
- Monitoring Kemajuan
- Memintalah kepada konseli untuk mencatat perubahan dalam pikiran dan perilaku mereka selama sesi dan diskusikan kemajuan yang telah dicapai dan tantangan yang dihadapi.
- Penyesuaian Strategi
- Berdasarkan kemajuan dan umpan balik konseli, sesuaikan strategi konseling jika diperlukan.
- Penyelesaian dan Pemeliharaan
- Setalah tujuan sudah tercapai, diskusikan cara konseli dapat mempertahankan perubahan positif dan rencanakan sesi tindak lanjut untuk memastikan keberlanjutan kemajuan yang dicapai.
- TEKNIK-TEKNIK CBM
- Corey (2005) mengemukakan teknik-teknik dan coping skill yang digunakan dalam modifikasi perilaku kognitif (cognitive behavior modification) diantaranya:
- Intruksi Diri (self instruction)
- Merupakan salah satu teknik yang diadaptasi dari modifikasi konseling kognitif perilaku yang dikembangkan oleh Meichenbaum pada tahun 1997 untuk latihan meningkatkan control diri sebagai rangsangan penguatan. Pelatihan intruksi diri ini berfokus pada membantu konseli lebih sadar dengan pembicaraan mereka Meichenbaum (dalam Mashita, 2013)
- Restrukturisasi Kognitif
- Merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam teori kognitif perilaku, tujuannya membentuk ulang pola-pola kognitif, asumsi-asumsi, keyakinan-keyakinan dan penilaian-penilaian yang irasional, merusak dan mengalahkan diri sendiri. Dalam hal ini mencoba untuk mengubah distori kognitif dengan menguji ulang keyakinan konseli dengan berbagai teknik persuasi, Edelson (dalam Aryani,20080.
- Problem Solving
- Merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha untuk menyelesaikannya sampai menemukan penyelesainnya, DeVito (dalam Purwanto,2014) merupakan suatu proses kreatif dimana individu menilai perubahan yang ada pada diri dan lingkungannya, membuat pilihan-pilihan baru, keputusan dan penyesuaian yang selaras dengan tujuan dan nilai hidupnya.
- Relaksasi
Â
Cormier (dalam Abimanyu,2009) memberi pengertian relaksasi otot sebagai usaha mengajari seseorang untuk relaks, dengan menjadikan orang itu sadar tentang perasaan tegang dan perasaan relaks kelompok otot utama seperti tangan, muka, dan leher, dada, bahu, punggung, perut dan kaki.- ModellingÂ
- Modelling merupakan strategi atau teknik di dalam konseling yang menggunakan proses belajar melalui pengamatan terhadap model dan perubahan perilaku yang terjadi karena peniruan. Teknik modelling dibagi lagi menjadi modelling langsung, modelling simbolis, modelling diri sendiri, modelling partisipan dan modelling kognitif.
- Role Playing
- Humalik (2004) memberi pengertian role playing (bermain peran) adalah model pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran tertentu kepada peserta didik dan mendramatisasikan peran tersebut ke dalam sebuah penampilan.
- Time Management
- Philips (dalam Aryani,2008) menjelaskan bahwa time management merupakan kemampuan untuk dapat memprioritaskan, menjadwalkan, serta melaksanakan tanggung jawab individu demi mencapai tujuan yang diharapkan.
      Tujuan Konseling dengan Pendekatan CBM     Â
      Menurut  Aaron T. Beck (1967) ada beberapa tujuan tujuan konseling dengan pendekatan Cognitive Behavior Modification (CBM) diantaranya:
- Membantu individu mengenali dan menyadari pola pikir negatif yang berkontribusi terhadap masalah emosional
- Mengajarkan individu untuk mengganti pikiran yang tidak rasional dengan pikiran yang lebih realistis dan positif
- Membantu individu belajar cara mengelola dan mengatur emosi dengan baik
- Mengembangkan keterampilan untuk memecahkan masalah dan menghadapi tantangan dengan cara yang lebih adaptif
- Mengurangi gejala gangguan mental seperti depresi dan kecemasan dengan fokus pada perubahan pola pikir dan perilaku.
- Manfaat Konseling dengan Pendekatan CBM
Manfaat Konseling dengan Pendekatan Cognitive Behavior Modification (CBM) sangat beragam dan mencakup banyak aspek kesejahteraan psikologis individu. Berikut adalah penjelasan secara rinci mengenai manfaat dari pendekatan ini:
- Mengubah Pola Pikir
- Manfaat utama: Dapat mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif yang tidak realistis atau irasional. Pola pikir ini sering kali menjadi penyebab atau pemicu dari kecemasan, depresi, atau perilaku maladaptif.
- Contoh: Seseorang yang selalu berpikir, "Saya tidak pernah bisa sukses," dapat dibantu untuk mengganti pikiran ini dengan pemikiran yang lebih realistis, seperti, "Saya mengalami kegagalan, tetapi itu adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang."
- Meningkatkan Pengelolaan Emosi
- Manfaat utama: CBM membantu individu untuk mengenali dan mengelola emosi mereka dengan cara yang lebih sehat. Dengan memahami hubungan antara pikiran, perasaan, dan perilaku, klien dapat mengubah cara mereka merespons situasi emosional.
- Contoh: Seseorang yang merasa cemas atau marah bisa belajar untuk mengidentifikasi pemikiran yang memicu perasaan tersebut, dan kemudian menggantinya dengan pemikiran yang lebih menenangkan atau rasional.
- Mengurangi Perilaku Maladaptif
- Manfaat: CBM mengarahkan individu untuk mengganti perilaku yang merugikan atau destruktif dengan perilaku yang lebih adaptif dan positif. Misalnya, jika seseorang memiliki kebiasaan buruk seperti merokok atau makan berlebihan karena stres, konseling ini membantu mereka untuk menemukan cara yang lebih sehat dalam mengatasi perasaan tersebut.
- Contoh: Jika seseorang menggunakan alkohol untuk mengatasi kecemasan, konseling CBM akan membantu mereka mengganti respons tersebut dengan strategi pengelolaan stres yang lebih efektif, seperti teknik relaksasi atau olahraga.
- Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah
- Manfaat: Meningkatkan pengembangan keterampilan pemecahan masalah yang lebih baik, dengan memfokuskan individu pada cara berpikir yang rasional dan objektif.
- Contoh: Individu yang merasa kewalahan dengan masalah hidup atau pekerjaan bisa dilatih untuk membagi masalah besar menjadi langkah-langkah yang lebih kecil dan lebih dapat dikelola, serta mencari solusi yang lebih praktis.
- Mengurangi Stres dan Kecemasan
- Manfaat: CBM sangat efektif dalam mengurangi gejala kecemasan dan stres. Melalui pendekatan ini, individu diajarkan cara untuk mengenali dan mengubah pemikiran yang memicu kecemasan atau stres berlebihan.
- Contoh: Seseorang dengan gangguan kecemasan sosial mungkin memiliki pemikiran seperti, "Orang akan menilai saya jika saya membuat kesalahan." Konseling CBM dapat membantu individu tersebut untuk mengganti pemikiran tersebut dengan pemikiran yang lebih rasional, seperti, "Setiap orang bisa membuat kesalahan, dan itu adalah hal yang normal."
- Meningkatkan Kepercayaan Diri
- Manfaat: Salah satu dampak positif dari mengubah pola pikir negatif adalah peningkatan rasa percaya diri. CBM membantu individu untuk melihat diri mereka secara lebih realistis dan positif, serta lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan hidup.
- Contoh: Seseorang yang merasa tidak mampu mencapai tujuan kariernya karena sering merasa gagal, bisa diajarkan untuk merumuskan tujuan yang lebih realistis, serta memfokuskan pada langkah-langkah kecil yang dapat dicapai.
- Mengatasi Gangguan Psikologis Seperti Depresi dan Fobia
- Manfaat: CBM sangat efektif untuk membantu mengatasi berbagai gangguan psikologis, seperti depresi, fobia, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), dan gangguan kecemasan lainnya. Dengan mengidentifikasi dan mengubah pola pikir yang negatif atau distorsi kognitif, individu dapat mengurangi gejala yang mereka alami.
- Contoh: Seseorang dengan gangguan obsesif-kompulsif (OCD) bisa dibantu untuk mengubah pemikiran yang berulang-ulang dan tidak rasional, serta menggantinya dengan pola pikir yang lebih logis dan fungsional
- Meningkatkan Kualitas Hubungan Interpersonal
- Manfaat: Dengan mengubah pola pikir dan perilaku yang negatif, individu dapat memperbaiki cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Pendekatan ini juga membantu mereka lebih empatik, komunikatif, dan bijaksana dalam hubungan sosial.
- Contoh: Seseorang yang cenderung menjadi defensif atau mudah marah dalam hubungan interpersonal, seperti hubungan keluarga atau pasangan, dapat belajar untuk lebih sabar dan berpikir lebih rasional sebelum bereaksi.
- Meningkatkan Kualitas Hidup Secara Keseluruhan
- Manfaat: Konseling CBM secara keseluruhan dapat membantu individu merasa lebih bahagia, lebih puas dengan hidup mereka, dan lebih terampil dalam menghadapi tantangan hidup.
- TAHAP PROSES KONSELING CBM
- Pada setiap pertemuan, yang dirancang secara bertahap untuk membantu klien (konseli) mengidentifikasi dan mengubah pola pikir serta perilaku yang tidak sehat.
- Pertemuan 1: Pengantar, Pembentukan Hubungan Terapeutik, dan Identifikasi Masalah
- Tujuan Sesi: Membangun hubungan terapeutik yang kuat, memahami masalah klien, dan menetapkan tujuan terapi.
- Langkah-langkah:
1. Pembukaan dan Pengenalan (10-15 menit)
  - Konselor mengungkapkan niat untuk membantu klien secara empatik dan tanpa menghakimi.
  - Memperkenalkan pendekatan CBM dan menjelaskan bagaimana terapi ini berfokus pada perubahan pola pikir dan perilaku.
  - Menekankan pentingnya kolaborasi antara konselor dan klien dalam proses konseling.
2. Menetapkan Tujuan dan Ekspektasi (10-15 menit)
  - Konselor mengajukan pertanyaan tentang masalah yang dialami klien dan apa yang ingin dicapai melalui konseling. Misalnya, "Apa yang membuat Anda merasa cemas atau tertekan saat ini?" atau "Apa yang Anda harapkan dari sesi konseling ini?"
  - Bersama klien, menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Misalnya, mengurangi kecemasan, meningkatkan kepercayaan diri, atau mengubah kebiasaan negatif.
3. Identifikasi Masalah Utama (20-25 menit)
  - Konselor mengidentifikasi masalah utama yang dihadapi klien, seperti kecemasan, depresi, atau stres.
  - Klien diminta untuk mendeskripsikan perasaan, pikiran, dan perilaku yang mereka alami dalam situasi yang menantang.
  - Menerapkan assessment awal (misalnya, melalui wawancara atau kuesioner) untuk lebih memahami pola kognitif yang mengarah pada masalah.
4. Penjelasan tentang Pola Pikir Negatif dan Perilaku (15 menit)
  - Konselor menjelaskan bahwa pikiran, perasaan, dan perilaku saling berkaitan dalam cara yang dapat mempengaruhi keadaan emosional dan kesehatan mental klien.
  - Memberikan contoh distorsi kognitif yang umum, seperti all-or-nothing thinking, catastrophizing, atau mind reading.
5. Pemberian Tugas Rumah (5-10 menit)
  - Klien diminta untuk mulai mencatat perasaan dan pikiran yang muncul dalam situasi tertentu (misalnya, dalam situasi yang memicu kecemasan). Ini bisa dilakukan dengan menggunakan thought records (catatan pikiran).
  - Tugas rumah diberikan untuk memulai praktik memantau dan mengenali pola pikir negatif yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Pertemuan 2: Mengidentifikasi dan Menganalisis Pola Pikir Negatif
Tujuan Sesi: Mengidentifikasi pola pikir negatif dan kognisi distorsi yang muncul dalam situasi tertentu.
Langkah-langkah:
1. Evaluasi Tugas Rumah (15 menit)
  - Klien diminta untuk mempresentasikan catatan pikiran yang telah mereka buat di rumah. Konselor mengulas pemikiran-pemikiran tersebut dan mencari pola atau distorsi kognitif yang ada.
  - Konselor memberikan umpan balik tentang apa yang berhasil dan apa yang perlu diperbaiki.
2. Pengenalan Distorsi Kognitif (20 menit)
  - Konselor mengajarkan klien tentang distorsi kognitif, seperti:
   - All-or-nothing thinking (berpikir dalam istilah hitam-putih).
   - Catastrophizing(membesar-besarkan masalah).
   - Overgeneralization (menarik kesimpulan umum dari satu kejadian).
   - Mind reading (berpikir orang lain tahu atau menilai Anda dengan cara tertentu).
  - Konselor memberikan contoh konkret dari catatan pikiran klien dan mengidentifikasi distorsi yang terlibat.
3. Reframing Pemikiran Negatif (20-25 menit)
  - Konselor membantu klien untuk reframe atau menyusun kembali pemikiran negatif. Misalnya, jika klien berpikir, "Saya pasti akan gagal," konselor membantu mereka untuk mengganti pemikiran itu dengan "Saya mungkin gagal, tetapi saya bisa belajar dari pengalaman ini dan mencoba lagi."
  - Klien diajak untuk mempertanyakan bukti-bukti yang mendukung atau menentang pikiran mereka, serta mengganti pemikiran tersebut dengan sesuatu yang lebih rasional dan realistis.
4. Latihan Kognitif (10-15 menit)
 - Dalam sesi ini, konselor memberi latin kognitif atau peran untuk membantu klien mengganti pemikiran negatif dengan pemikiran yang lebih konstruktif dan logis.
  - Klien berlatih mengidentifikasi dan mengganti pikiran-pikiran negatif dalam situasi yang lebih nyata dan menantang yang mereka hadapi.
5. Pemberian Tugas Rumah (5-10 menit)
  - Klien diberi tugas untuk kembali memantau pikiran mereka dan mengganti pemikiran negatif dengan pemikiran yang lebih sehat, seperti yang telah dipelajari selama sesi.
  - Pemberian latihan untuk mengidentifikasi distorsi kognitif yang mungkin muncul dalam situasi-situasi tertentu.
Pertemuan 3: Modifikasi Perilaku dan Pengelolaan Emosi
Tujuan Sesi: Mengidentifikasi dan mengubah perilaku yang maladaptif serta memperkenalkan teknik pengelolaan emosi.
Langkah-langkah:
1. Evaluasi Tugas Rumah (15 menit)
  - Klien mendiskusikan kemajuan dalam tugas rumah, yaitu mengganti pemikiran negatif dengan pemikiran yang lebih realistis.
  - Konselor memberikan umpan balik dan klarifikasi, serta membahas apakah klien mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas tersebut.
2. Identifikasi Perilaku Maladaptif (20 menit)
  - Konselor membantu klien mengidentifikasi perilaku yang merugikan atau tidak adaptif. Misalnya, klien yang mengalami kecemasan sosial mungkin menghindari interaksi sosial atau menjadi terlalu perfeksionis.
  - Klien diminta untuk mendeskripsikan perilaku-perilaku yang berulang yang merugikan mereka, serta bagaimana perilaku ini berkaitan dengan pola pikir negatif.
3. Perubahan Perilaku (20 menit)
  - Konselor mengajarkan teknik perubahan perilaku, seperti penguatan positif (reward) untuk perilaku yang diinginkan, pengurangan perilaku yang tidak diinginkan, atau penggunaan teknik exposure bertahap untuk mengurangi kecemasan.
  - Misalnya, jika klien menghindari situasi sosial, konselor mungkin menyarankan klien untuk mulai dengan pertemuan sosial yang lebih kecil dan secara bertahap meningkatkan tantangan.
4. Teknik Pengelolaan Emosi (10-15 menit)
  - Konselor mengajarkan klien teknik untuk mengelola emosi mereka, seperti pernapasan dalam, relaksasi otot progresif, atau mindfulness.
  - Klien diajarkan bagaimana teknik ini dapat membantu menenangkan diri dan mengurangi kecemasan atau stres dalam situasi yang menantang.
5. Pemberian Tugas Rumah (5-10 menit)
  - Klien diberi tugas untuk menerapkan teknik pengelolaan emosi dalam situasi sehari-hari mereka dan melanjutkan untuk mengganti pemikiran negatif dengan pemikiran yang lebih realistis.
  - Misalnya, klien bisa diminta untuk mencoba teknik relaksasi saat merasa cemas dan melaporkan hasilnya di sesi berikutnya
Pertemuan 4 dan Seterusnya: Penilaian Kemajuan dan Penguatan
Tujuan Sesi: Memperkuat perubahan yang telah terjadi, menilai kemajuan, dan menyesuaikan pendekatan jika diperlukan.
Langkah-langkah:
1. Evaluasi Kemajuan (15-20 menit)
  - Konselor dan klien menilai kemajuan klien terhadap tujuan yang ditetapkan di awal konseling.
  - Klien diminta untuk berbagi perasaan mereka tentang apakah mereka merasa lebih baik, lebih percaya diri, atau mampu mengelola kecemasan mereka.
2. Penyesuaian Strategi (20 menit)
  - Jika kemajuan belum memadai, konselor dan klien mengevaluasi apakah teknik atau tugas rumah yang diberikan perlu disesuaikan.
  - Konselor membantu klien untuk lebih fokus pada area yang masih menjadi tantangan.
3. Penguatan Perilaku Positif (15 menit)
  - Konselor memberikan penguatan atau pujian untuk setiap perubahan positif yang telah dilakukan oleh klien, untuk meningkatkan motivasi mereka.
  - Misalnya, jika klien berhasil menghadapi situasi sosial yang sebelumnya menakutkan, konselor memberi penguatan positif untuk keberhasilan tersebut.
4. Penyelesaian dan Pemeliharaan (10-15 menit)
  - Konselor membahas bagaimana klien dapat mempertahankan perubahan yang telah dicapai dalam jangka panjang.
  - Memberikan strategi untuk mencegah kekambuhan dan merencanakan perawatan atau dukungan lanjutan jika diperlukan.
Kesimpulan
Setiap sesi konseling CBM berfokus pada identifikasi dan perubahan pola pikir serta perilaku maladaptif yang memengaruhi kesejahteraan emosional klien. Dengan pendekatan yang terstruktur, seperti yang dijelaskan di atas, klien akan belajar untuk mengenali distorsi kognitif, mengubah pola pikir negatif, dan mengembangkan keterampilan baru untuk mengelola perasaan dan perilaku mereka secara lebih sehat. Proses ini bersifat bertahap, dan setiap pertemuan dirancang untuk mendukung klien dalam mencapai tujuan mereka dengan cara yang praktis dan aplikatif.Â
Â
DAFTAR PUSTAKA
Â
Beck, A T., & Weishar, M. E (2005). Cognitive Therapy: Basics and Beyond. New York: The Guildford Press.
Oktaviani Indi (2016), Pengaruh Pendekatan Cognitive Behavior Modification (CBM) Terhadap Stress Belajar Siswa di SMP NEGERI 8 Tarakan. https://repository.ubt.ac.id/repository/UBT19-09-2022-235729.pdf
Knaus, W. J. (2010), The Cognitive Behavioral Workbook for Anxiety: A Step-by-Step Program (2nd ed.). New Harbinger Publications.
Kasyifatul Mardiyah & Denok Setiawati (2014), Penerapan Konseling Kelompok Cognitive Behaviour Modification (Cbm) untuk Meningkatkan Tanggung Jawab dalam Belajar Siswa Kelas X-aph (Akomodasi Perhotelan) di Smk Gema 45 Surabaya. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://www.neliti.com/id/publications/250855/penerapan-konseling-kelompok-cognitive-behaviour-modification-cbm-untuk-meningka
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI