Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Seorang Guru Pendidikan khusus yang aktif dalam kegiatan literasi, Organisasi Profesi dan berbagai kegiatan terkait Dunia Pendidikan Khusus dan Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Angin yang Menyentuh Langit

12 Januari 2025   20:38 Diperbarui: 13 Januari 2025   06:33 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Pak, Bu, Angin bisa sekolah di tempat kami. Kami punya fasilitas untuk anak-anak berkebutuhan khusus," kata Pak Doni.

Bapak langsung menolak. "Tidak perlu, Pak. Dia tidak akan bisa apa-apa. Lagi pula, siapa yang akan bayar transportasi? Kami ini hidup pas-pasan!"

Pak Doni tidak menyerah. Setiap kali ada kesempatan, ia mencoba meyakinkan bapak dan ibu Angin. Namun, jawaban bapak selalu sama, penolakan.

Beberapa bulan kemudian, sekolah tempat Pak Doni bekerja membuka lowongan sebagai penjaga kantin. Pak Doni segera menemui ibu Angin. "Bu, ini mungkin kesempatan. Ibu bisa bekerja di kantin, ada asrama juga, jadi Angin bisa ikut bersekolah."

Mata ibu bersinar. Namun, ia tahu bahwa mendapatkan izin dari bapak adalah tantangan besar.

***

Malam itu, setelah makan malam sederhana berupa nasi dan garam, ibu mulai berbicara. "Pak, menurut pak Doni ada lowongan sebagai penjaga kantin di sekolah. Bagaimana jika ibu melamar bekerja di sana, dan Angin bisa ikut bersekolah?"

"Jangan mimpi, Bu! Kita ini sudah susah. Kau mau tambah beban lagi?!" bentak bapak.

Namun, ibu tidak menyerah. Dengan suara bergetar, ia berkata, "Pak, ini bukan soal kita. Ini soal masa depan Angin. Dia anak kita. Beri Angin kesempatan, Pak."

"Sudahlah Bu, bapak capek. Jarak sekolah ke rumah kita itu jauh. Ibu mau jalan kaki setiap hari sejauh itu? Angin mau digendong?" timpal bapak.

"Ada asrama katanya pak. Boleh ditinggali. Ibu bisa pulang seminggu sekali pak." jelas ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun