Mohon tunggu...
Sebastian Ahmad
Sebastian Ahmad Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Aja

Menulis aja lalu ditaro disini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nulis Cerpen

27 Februari 2020   04:20 Diperbarui: 27 Februari 2020   17:15 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"hahahaha" tertawa ringan, anggun, tak terlalu berisik.

Sial, jika aku adalah laki-laki pada biasanya pada pola ini, aku pasti jatuh cinta pada perempuan itu, apalagi disituasi yang mendukung seperti alur cerita dikebanyakan cerita. Aku pasti jatuh cinta, atau setidaknya aku tertarik. Namun, sama sekali. Sama sekali aku tak tertarik.

"Sedang baca apa?" tanya barista perempuan

"Madilog. Tan Malaka"

"Wah, kenapa baca buku itu?"

Sebenarnya aku ingin menjelaskan mengenai warna merah yang mencolok diantara warna hitam, dan aku berhenti membacanya padahal baru awal halaman. Namun sepertinya terlalu merepotkan. Biasanya untuk menghindari pertanyaan hanya perlu dibalas dengan pertanyaan.

"Apa kau suka membaca?" tanyaku

"Tidak terlalu, tapi aku menyukainya."

"Sejak kapan?"

"Sekitar 5 tahun yang lalu."

Sebenarnya aku tidak begitu menyukai pola pertanyaan seperti ini, dilanjut dengan buku apa yang pertama kau baca, siapa penulis yang kau suka, atau buku apa yang mengubah hidupmu. Namun tak apa, biarlah begini alur pembicaraan seperti orang-orang seharusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun