Tak seperti biasanya, beranda toko buku ini sepi, hanya aku pengunjung. Satu barista perempuan, dan satu orang penjaga kasir toko buku serta pemilik toko buku yang baru saja pergi entah ingin kemana. Aku tak begitu akrab dengan orang lain, dan aku sendiri tak ingin mengakrabkan diri dengan orang lain, tanpa alasan. Hanya tak ingin. Mungkin karena barusan hujan, orang-orang enggan berkunjung dan memilih mengisolasi diri di ruangannya masing-masing.
Belum sempat menikmati kopi, hujan mulai turun, hujan susulan mungkin. Cuaca mulai gelap, rintikan hujan pelan-pelan membasahi sekitar halaman depan toko buku. Rintikan hujan pun mulai sedikit membasahiku, dan aku membawa buku serta kopi kedalam perpustakan.
"Orang-orang suka hujan, namun tak mau basah karena air hujan." Ucap barista perempuan itu
Lagian, situasi macam apa ini, seperti dikisah-kisah novel atau drama di serial televisi, atau mungkin sebuah cerpen dimana, laki-laki dan perempuan terjebak dalam sebuah ruangan karena hujan. Dan ini perpustakan. Â
"haha, iya juga" jawabku.
Aku seperti kehilangan hasrat untuk terhubung dengan orang lain, aku selalu merasa tak nyaman jika aku berusaha berbicara dengan orang lian. Aku selalu kebingungan apa yang tengah orang itu hadapi, respon seperti apa yang orang itu ingingkan atau perasaan seperti apa memang aku membosankan? Apa memang hal seperti itu perlu dibicarakan?
Kata- kata ada untuk memahami, tapi bagi orang yang sudah bisa memahami tanpa harus berbicara, apa gunanya berbicara? Seluruh langit dan bumi adalah kata-kata bagi mereka yang mengerti.
"respon yang menarik, apa kamu tak suka berbicara?" balasnya.
"tidak juga"
"lalu?"
"hanya tak ingin bicara saja."