Rumput laut tidak hanya berperan dalam aspek kesehatan, tetapi juga memiliki dampak positif bagi lingkungan dan industri. Yakni:
(a) Sumber Nutrisi: Rumput laut kaya akan vitamin, mineral, dan serat. Ini menjadikannya bahan makanan sehat yang baik untuk diet.Â
(b) Kesehatan Pencernaan: Serat dalam rumput laut dapat membantu meningkatkan kesehatan pencernaan dan mencegah sembelit.Â
(c) Pengganti Bahan Makanan: Rumput laut sering digunakan sebagai pengganti bahan makanan lain, seperti gelatin, dalam pembuatan makanan dan minuman.Â
(d)Kesehatan Kulit: Ekstrak rumput laut digunakan dalam produk perawatan kulit karena sifatnya yang melembapkan dan menenangkan.
(e)Pertanian dan Perikanan: Rumput laut juga berfungsi sebagai pupuk organik dan pakan ternak, mendukung keberlanjutan pertanian.
(f) Sumber Energi: Penelitian menunjukkan bahwa rumput laut dapat digunakan sebagai sumber bioenergi. (g) Industri Kosmetik: Banyak produk kosmetik mengandung rumput laut karena khasiatnya yang baik untuk kulit dan rambut.Â
(h) Mengurangi Polusi: Rumput laut dapat menyerap CO2 dan berkontribusi pada pengurangan dampak perubahan iklimdan dengan demikian layanan ekologis dan aplikasi komersial yang diberikannya, sangat dikendalikan oleh interaksi dengan mikrobiomanya.Â
Interaksi ini dapat memengaruhi rumput laut dalam berbagai cara, seperti pertukaran nutrisi, mekanisme pertahanan, produksi metabolit yang aktif secara biologis, morfologi, reproduksi, dan perkembangbiakan  Oleh karena itu, fungsi rumput laut dalam lingkungan industri dan ekologi hanya dapat dipahami dengan mempertimbangkan interaksi dengan mikrobiomanya (Egan et al., 2013).
Komunitas mikroba rumput laut mengandung berbagai macam organisme (termasuk archaea, bakteri, jamur, mikroalga, protozoa, dan virus) yang melimpah dan beragam di permukaan dan jaringannya. Mikroorganisme ini sering kali menjalankan berbagai fungsi yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan inang atau pertahanan terhadap stres, tetapi juga dapat menghasilkan efek yang merugikan, seperti penyakit (van der Loos et al., 2019).Â