...
Ah, masa bodoh, deh.
Aku pergi saja setelah menyiapkan makan malam. Toh, ada satpam yang akan menjaga Nyonya.
Cuma sebentar, kok. Dia tidak akan tahu.
***
Pukul enam lebih lima puluh lima menit.
Aku bengong di antara rumah nomor 3 dan nomor 5. Di seberang jalan, hanya ada rumah nomor 6. Apa aku dikibuli? Tidak ada rumah nomor 4 di Jalan Mawar!
"En, kamu datang! Kenapa masih berdiri di sini? Sebentar lagi dimulai."
Seorang perempuan muda bergaun magenta menarik lenganku buru-buru. Aku geming, berusaha mengenalinya.
Sambil merunduk, kami memasuki pintu berdimensi satu kali satu meter, yang tadinya kukira tempat pembakaran sampah.
Nyatanya, kini kami melintasi lorong mencekam yang terasa begitu panjang. Pasti gara-gara efek penerangan. Tiap 3 meter, hanya ada lampu suram seperti yang dipakai Bapak menghangatkan anak ayam.