Aku remuk mendengar anak sahabatku memohonkan hal sendu seperti ini.
Mimpi-mimpi itu tidak berbohong. Aku memegang pelatuk pada kematian sahabatku sendiri. Tanganku pekat oleh darah Gau dan orang-orang yang tersakiti.
"Menurutmu, apa jawabannya?" tanya seseorang, menepuk pundakku dari belakang.Â
Tubuhku tersentak dan berbalik. Sosok Gau menjadi satu visual terakhir yang kulihat sebelum cahaya indah dhuha menjadi sketsa hitam putih tidak beraturan.Â
Gelap.
.... bersambung.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI