Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Fatamorgana (1) #7

18 September 2018   09:28 Diperbarui: 18 September 2018   09:31 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku remuk mendengar anak sahabatku memohonkan hal sendu seperti ini.
Mimpi-mimpi itu tidak berbohong. Aku memegang pelatuk pada kematian sahabatku sendiri. Tanganku pekat oleh darah Gau dan orang-orang yang tersakiti.

"Menurutmu, apa jawabannya?" tanya seseorang, menepuk pundakku dari belakang. 

Tubuhku tersentak dan berbalik. Sosok Gau menjadi satu visual terakhir yang kulihat sebelum cahaya indah dhuha menjadi sketsa hitam putih tidak beraturan. 

Gelap.

.... bersambung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun