Mohon tunggu...
Novia Syahidah Rais
Novia Syahidah Rais Mohon Tunggu... Manajer Marketing & Komunikasi -

Bukan soal siapa kita, tapi ini soal apa yang kita tulis!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jimat Pemikat

2 Februari 2017   15:52 Diperbarui: 3 Februari 2017   02:34 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Cukup, Naih! Percuma kau jadi dukun bertahun-tahun jika tak bisa menyingkirkan resiko-resiko keparat itu dari uniang-mu ini!”

“Tapi, Niang...”

“Sudah! Aku mau pulang! Besok aku akan kembali kemari dan kau sudah harus menyiapkan jimat itu!” Uniang Juwai langsung bangkit dari duduknya dan melangkah cepat menuruni tangga rumah Naih.

Tinggallah Naih dengan pikiran yang kusut. Sungguh ia tak tahu lagi harus berbuat apa. Kakak perempuannya itu terlalu keras untuk dilawan. Dan Naih, selalu tak kuasa menolak apapun perintahnya. Selalu patah lidah jika berdebat dengan Uniang Juwai.

@@@

“Naih! Naih!” panggil Uniang Juwai di depan tangga rumah Naih. Pintu dan jendela rumah Naih yang masih tertutup menandakan bahwa penghuninya belum bangun. Hari memang masih pagi, tapi Uniang Juwai sudah tidak sabar untuk melihat hasil kerja Naih. Tepatnya, ia sudah tak sabar untuk dipasangakan jimat pemikat itu di tubuhnya.

“Naih! Sudah bangun kau, Naih?”

Tak ada sahutan.

“Jangan-jangan masih mendengkur si Pemalas itu!” gerutu Uniang Juwai sambil bergegas menaiki tangga. Didorongnya pintu rumah Naih dengan kuat. Tidak terkunci. Rumah itu terasa pengap dan gelap. Dengan agak meraba-raba Uniang Juwai membuka jendela.

“Hei! Kenapa kau, Naih?” seru Uniang Juwai heran. Naih tampak tidur bergelung kain sarung di atas kasur tipisnya.

“Ada apa denganmu, ha?” Uniang Juwai menggoyang-goyang tubuh adiknya itu dengan agak keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun