Mohon tunggu...
Novi Ardiani (Opi)
Novi Ardiani (Opi) Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak yang senang menulis. Mantan dosen dan wartawan yang sekarang bekerja sebagai karyawati BUMN di Jakarta. Ngeblog di www.opiardiani.com. IG @opiardiani. Email: opiardiani@gmail.com.

Ibu dua anak yang senang menulis. Mantan dosen dan wartawan yang sekarang bekerja sebagai karyawati BUMN di Jakarta. Ngeblog di www.opiardiani.com. IG @opiardiani. Email: opiardiani@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melepas Awang Pandu

20 Februari 2017   19:58 Diperbarui: 20 Februari 2017   22:12 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku sedang dalam proses seleksi di sebuah koran nasional. Melamar jadi wartawan.  Dengan niat penuh. Meski pekerjaan tetap sebagai dosen kujalani. Aku kepingin jadi wartawan.  Kepingin sekali. Kurasa aku akan menyesal seumur hidup jika hanya melewatkan hidupku di kampus dan laboratorium.  Terlalu banyak rasanya sesuatu di luar sana yang ingin kujelang. Egois, barangkali. Benarkah?……

Aku diam-diam. Karena Bunda pasti tidak setuju. Diam-diam aku juga ragu Awang Pandu akan tetap pada niatnya melamarku, seandainya aku tetap nekat jadi wartawan.

Dalam tiap kesempatan, Awang Pandu kembali menanyakan perihal pernikahan.  “Apa yang membuatmu ragu, Alila? Bilang saja.”

Aku diam.

“Daeng, aku kan tidak cantik.  Tidak kaya. Kenapa aku?”

“Ada pertanyaan lain yang lebih serius gak sih. Masa seperti itu ditanyakan,” ujarnya. Awang Pandu memandangiku. Berusaha mencari senyumku.  Sekarang, dia sudah berani menggenggam  jemariku lebih lama.  Duduk dekat-dekat. Merangkul bahu. Uh, dulu mana berani.

 “Aku bertanya serius.”

“Aku menjawab apa adanya.”

“Bohong.”

“Terserah.”

“Daeng….”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun