9. Â Â Partai Indonesia (Partindo)
Kongres Partindo diadakan pertama kali pada 15-17 Mei 1932 di Jakarta dan dihadiri oleh Ir. Soekarno yang saat itu belum menjadi anggota. Partindo tetap mempertahankan asas non-kooperatif. Mr. Sartono berpendirian untuk bekerjasama dengan partai atau organisasi yang sama-sama non-kooperatif. Bahkan dia menolak menggabungkan Partindo ke dalam organisasi PPPKI yang kooperatif. Padahal Mr. Sartono sendiri merupakan salah satu tokoh pendiri PPPKI.
Partindo memiliki prinsip-prinsip menentukan nasib sendiri, kebangsaan, menolong diri sendiri dan demokrasi. Pada Kongres Juli 1933, Ir. Soekarno menjelaskan konsep Marhaenisme. Konsep itu menekankan pada perjuangan membela rakyat kecil, serta menekankan kebahagiaan, kesejahteraan dan keadilan sosial untuk rakyat kecil. Sikap non-kooperatif Partindo kembali menarik perhatian Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Pemerintah kolonial melarang pegawai negeri untuk menjadi anggota Partindo.
Puncaknya adalah penangkapan dan pembuangan Soekarno ke Ende, Flores pada 1 Agustus 1933 oleh Gubernur Jenderal de Jonge. Pasca pembuangan Soekarno, ruang gerak partai jadi terbatas. Bahkan kongres partai yang akan diselenggarakan pada 30-31 Desember 1934 pun dilarang oleh pemerintah. Partindo terus berjalan sampai membubarkan diri pada 18 November 1936.
Sumber
Mintz, Jeane S. 2003. Muhammad, Marx dan Marhaen: Akar Sosialisme Di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Niel, Robert van. (1984). Munculnya Elit Modern Indonesia. Zahara Deliar Noer, dan Bur
Rasuanto (Ed.). Jakarta: Pustaka Jaya
Poesponegoro, Marwati Djoenet dan Nugroho Notosusanto. 1984 Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta: Balai Pustaka.
Pringgodigdo. 1984. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.
Ricklefs, M.C. 2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Yogyakarta: Gadjah Serambi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H