Mohon tunggu...
Novan Noorwicaksono Bhakti
Novan Noorwicaksono Bhakti Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah

Berusaha menebarkan kebaikan dalam media dan kondisi apapun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesadaran Berbangsa dan Bernegara, Pergerakan Nasional Indonesia

7 Mei 2023   13:31 Diperbarui: 7 Mei 2023   13:33 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

9.    Partai Indonesia (Partindo)

Kongres Partindo diadakan pertama kali pada 15-17 Mei 1932 di Jakarta dan dihadiri oleh Ir. Soekarno yang saat itu belum menjadi anggota. Partindo tetap mempertahankan asas non-kooperatif. Mr. Sartono berpendirian untuk bekerjasama dengan partai atau organisasi yang sama-sama non-kooperatif. Bahkan dia menolak menggabungkan Partindo ke dalam organisasi PPPKI yang kooperatif. Padahal Mr. Sartono sendiri merupakan salah satu tokoh pendiri PPPKI.

Partindo memiliki prinsip-prinsip menentukan nasib sendiri, kebangsaan, menolong diri sendiri dan demokrasi. Pada Kongres Juli 1933, Ir. Soekarno menjelaskan konsep Marhaenisme. Konsep itu menekankan pada perjuangan membela rakyat kecil, serta menekankan kebahagiaan, kesejahteraan dan keadilan sosial untuk rakyat kecil. Sikap non-kooperatif Partindo kembali menarik perhatian Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Pemerintah kolonial melarang pegawai negeri untuk menjadi anggota Partindo.

Puncaknya adalah penangkapan dan pembuangan Soekarno ke Ende, Flores pada 1 Agustus 1933 oleh Gubernur Jenderal de Jonge. Pasca pembuangan Soekarno, ruang gerak partai jadi terbatas. Bahkan kongres partai yang akan diselenggarakan pada 30-31 Desember 1934 pun dilarang oleh pemerintah. Partindo terus berjalan sampai membubarkan diri pada 18 November 1936.

Sumber

Mintz, Jeane S. 2003. Muhammad, Marx dan Marhaen: Akar Sosialisme Di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Niel, Robert van. (1984). Munculnya Elit Modern Indonesia. Zahara Deliar Noer, dan Bur
Rasuanto (Ed.). Jakarta: Pustaka Jaya

Poesponegoro, Marwati Djoenet dan Nugroho Notosusanto. 1984 Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta: Balai Pustaka.

Pringgodigdo. 1984. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Ricklefs, M.C. 2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Yogyakarta: Gadjah Serambi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun