Abi melesat keluar aku membopong tubuh sahabtku si lincah yang kini terbujur kaku di pelukan ku. Abi datang dan langsung membantu mengangkat Isal ke dalam Taksi, Kang Ujang pun tinggal di rumah. Kami sampai di rumah sakit, Isal langsung di tangani kami menunggu di ruang tunggu aku terus cemas, mondar-mandir. Abi menelpon di telpon umum yang tersedia di ruang tunggu mencoba mengabari keluarga Isal. Tiba-tiba kepala ku sangat sakit, tidak seperti biasanya, sakiiitt sekali. ' Tuhan aku tidak kuat '. Tiba-tiba semuanya gelap.
**
Ku lihat Abi menahan tangisnya didepan ruang tunggu, ia melihat sebuah gambar berbagai jenis penyakit kelamin, ia menetes kan air mata, ohh Abi ku jangan lah kau menangis, ku lihat dokter keluar dari ruang periksa memberikan kabar kepada Abi. Wajahnya tidak percaya dan menerobos masuk ke dalam aku mengikutinya, Ya Tuhaaannn ia menangis memeluk tubuh sahabatnya, sahabat yang ia sayangi, sahabat yang mulai ia acuh kan, ia memeluk tubuh ku Tuhan.
" BENIIIIIIII MAAFIN GUE BEN !!! PLISS BEN JANGAN TINGGALIN GUE SAMA ISAALLL !!"
**
Usai pemakaman ku masuki rumah, dengan segenap keberanian ku masuki kamar Beni sahabat terbaik ku, Sahabat no.1. Ku lihat foto-foto ku dan Isal di pajangnya rapih, kulihat pil pengurang rasa sakit di meja samping tempat tidurnya. Ku buka sebuah buku yang masih terselip pulpen disebuah halamannya..
ku baca tulisan sahabat ku..
tangis ku pecah.. Aku jahat selama ini tidak mengetahui sahabat ku mengidap kanker otak stadium akhir, Aku jahat tidak memperhatikannya selama ini, lihat perjanjian konyol mu dengan Tuhan sahabat. Ku lihat tulisan paling akhir sebuah kalimat " Kontrak Ku dengan-Nya " dengan sebuah tetesan air yang melunturkan sebagian tinta yang mengukir tulisan itu, aku yakin itu air mata mu sahabat ku, air mata sakit mu.
Ku bawa buku itu ke rumah sakit ku lihat Isal sudah sehat dan tersenyum, ia terus menanyakan Beni sahabat kami tercinta, tanpa pikir panjang ku perlihatkan tulisan Beni, Isal terpaku, Isal diam lalu air matanya tumpah aku tau ia merasakan apa yang aku rasakan.
esok nya ia meminta aku ajak ke makam Beni.
Isal dan aku berjanji di depan makam nya akan kembali seperti dulu.