Sejuknya angin pagi menerbangkang dedaunan. Matahari yang mulai terbit kian semakin cerah. Burung berkicauan terbang telusuri langit. Seorang pria berdiri di balkon kamar sambil memandang pepohonan di depan istana. Selama bertahun-tahun lamanya, Ia tidak pernah memperlihatkan senyuman terhadap orang-orang disekitarnya, terkecuali pada salah seorang di istana. Ia dalah seorang putera mahkota yang tinggal di istana bersama ayah dan ibu tirinya. Namanya Altorie, seorang pria tampan berumur 17 tahun.
Dikatakan pendiam juga tidak, karena Torie sering ceria bersama Sanbia. Ia sangat jarang berbicara di istana kecuali dengan Sanbia. Sanbia adalah pengasuh nya sejak kecil. Ibu kandungnya dulu mempercayai Sanbia untuk merawat Torie dari usia 3 bulan. Sanbia tinggal di Istana sejak  Torie bayi sampai kini Torie beranjak dewasa.
Raja besar bernama Altariert Benzie adalah ayah kandung dari Torie. Terkenal dengan kegagahannya dan sikap dermawan menjadikannya dihormati oleh rakyat sekitar istana. Meskipun hampir semua orang menghormati Raja Altar, Torie anaknya sendiri tidak pernah bangga bahwasanya Ia adalah putera mahkota satu-satunya dari Raja Altar.
***
Saat Torie sedang berdiri di balkon kamar, tibalah Sanbia membawakan sarapan untuknya.
Sanbia : " Torie.. ini sarapan mu Nak."
Torie : " Iya Sanbia."
Sanbia : " Ada apa? Kenapa Kau melamun Putera Mahkota?"
Torie : " Kini usia Ku sudah 17 tahun, Aku sudah beranjak dewasa. Sampai kapan Aku harus berdiam di istana? Layaknya hidupku selalu kelabu. Hanya suasana di depan kamar yang bisa Ku nikmati."
Sanbia meletakan sarapan untuk Torie di meja balkon. Lalu mendekati Torie.
Sanbia : " Nak, Kau adalah anak yang paling beruntung di dunia ini. Seorang putera mahkota yang tampan dan gagah. Kau akan menjadi pemilik kekuasaan yang di turunkan oleh ayahmu nanti."
Torie : " Faktanya bertolak belakang Sanbia. Aku adalah anak termalang di dunia ini. Aku tidak pernah melihat sosok Ibu dalam hidupku, meski Aku sadari ada Kau yang senantiasa Ku anggap sebagai ibu. Tapi Aku ingin tahu siapa ibu kandungku."
Sanbia : " Bukan kah Raja telah menceritakan semuanya padamu?"
Torie : " Kebohongan. Ya, Kebohongan lah yang Ayah ceritakan padaku."
Sanbia : " Apa maksud mu, Nak?"
Torie : " Sudahlah Sanbia, Aku tau perihal yang Ayah sampaikan bahwa ibuku telah wafat saat Aku masih bayi itu pasti sebuah kebohongan untuk menutupi kelicikan Merta"
Sanbia : " Torie, Merta adalah ibumu juga."
Torie tidak meneruskan per perbincangan dengan Sanbia. Ia duduk dan menyantap sarapannya. Dan Sanbia pergi membuatkan teh hangat untuk Torie. Saat Sanbia menuju dapur istana, Merta menghampiri Sanbia.
Merta : "Sanbia, hari ini Raja akan pergi ke Esofaliez untuk bertemu dengan Raja Altorie Faliez. Dan akan menginap selama satu pekan. Untuk itu, siapakan semua kebutuhan untuk Raja."
Sanbia : " Baik, Nyonya."
Sanbia mempersiapkan semua perlengkapan untuk Raja. Raja pun hendak pergi lalu berpamitan kepada Torie.
Raja : "Anak Ku, sudah sarapan? Ayah akan pergi menemui Raja Faliez dan meninggalkan istana satu pekan ke depan."
Torie tidak menoleh sama sekali, dan terus melanjutkan sarapannya. Raut wajah yang seakan-akan tidak peduli bahkan tidak mau mendengar apapun yang diucapkan oleh Sang Raja. Raja pun pergi pagi itu.
***
Selama lima hari kepergian Raja, suasana istana tetap sama. Hening seperti tidak ada tanda kehidupan. Torie yang selalu memikirkan perihal ibunya semakin lama semakin geram ada di istana. Rasa ingin tahunya semakin meronta-ronta. Ia marah pada Ayahnya, karena Ia meyakini bahwa Raja telah menutupi kebenaran tentang Ibunya. Ia juga sangat benci kepada Ibu tirinya, Merta. Baginya, Merta adalah sosok penghancur dan biang masalah dari semua permasalahan yang Ia hadapi selama ini. Akan tetapi, selama belasan tahun Merta menjadi ibu tirinya, Ia tidak pernah mengalami hal-hal yang biasanya dialami oleh seorang anak tiri. Merta selalu enggan untuk berinteraksi dengan Torie. Bukan karena tidak mau, tetapi Merta seolah-olah tidak mau membuat Torie merasa Risih.
Hari semakin gelap, Torie masih melamun dan memikirkan apa yang harus Ia lakukan untuk keluar dari masalah ini. Sampai akhirnya Torie memutuskan untuk meninggalkan istana tanpa izin siapapun.
Torie pergi diam-diam dari istana. Ia mendatangi seorang kakek tua di sebuah hutan jauh dari istana. Ia sempat mendengar percakapan Ayahnya dengan Sanbia soal Kakek itu. Secara samar-samar Torie mendengar bahwa Kakek itu adalah orang terdekat dari ibunya.
Tibalah Torie disebuah gubuk tua. Dan dihampiri oleh Kakek tua.
Kakek tua : " Hai anak muda, ada apa Kau datang kemari?"
Torie : " Kau kenal ibuku Kekek tua?"
Kakek tua : " Siapa ibumu?"
Torie : " Ratu Rastraf Benzie "
Kakek tua kaget mendengar nama yang disebut oleh Torie. Kakek segera beranjak untuk masuk ke dalam gubuk dan menutup pintu rapat-rapat. Akan tetapi Torie cepat mengejar dan terus menahan Sang Kakek untuk tetap berbicara dengannya.
Torie : " Tolong Kakek, tolong!!! Tolong bantu Aku!! Aku mohon padamu Kek, tolong Aku!! Aku merindukan Ibuku Kek, Aku ingin tau bagaimana Ibuku, Aku tidak mau tenggelam dalam kebohongan Ayah dan wanita jahat di istana itu. Aku ingin tau kebenarannya, Kek. Tolong Aku!!."
Torie berteriak dan meneteskan air mata untuk memohon pada Kakek tua itu. Torie sudah buntu, Ia tidak tahu harus bagaimana jika Ia tidak berhasil mendapatkan jawaban dari Sang Kakek. Sang Kakek pun menangis menyikapi Torie. Mendengar teriakan dan permohonan Torie semakin membuat Kakek merasa teriris hatinya. Torie pun masih tidak mengerti apa itu tandanya. Namun luluhlah Sang Kakek. Kakek tua itu menceritakan semua yang terjadi pada enam belas tahun yang lalu.
Kakek tua : " Ibumu adalah wanita tercantik di Dunia ini. Ia wanita yang lembut dalam bersikap dan bertutur kata. Ayah mu selalu membawanya kemana pun Ia pergi. Suatu hari, Ayah mu pergi bersama ibumu ke suatu pedalaman. Saat itu istana sedang diguncang oleh gangguan sihir dari penyihir jahat yang sangat benci kepada Ayah mu karena kejayaannya membuat penyihir itu sangat begitu iri pada Raja Altariert."
Torie : " Lalu kemana Ibuku?"
Kakek tua : " Penyihir jahat itu tidak puas walaupun sudah menghancurkan istana. Ia mencari Ayah mu sampai dapat. Saat itu kejadiannya di hutan. Merta, ia adalah sahabat baik ibu mu yang sudah dianggap seperti bagian dari Kerajaan. Merta selalu menemani Ibumu. Dan Sanbia selalu menggendong mu kemana pun ibu dan ayah mu pergi."
Torie : " Apa yang terjadi pada Ibuku Kakek, cepat katakan."
Kakek tua : " Hingga akhirnya penyihir itu menemukan kalian, Ia berusaha membunuh ayah mu dengan kekuatannya. Sampai akhirnya penyihir berhasil mengambil Kau dari pangkuan Sanbia. Penyihir itu hendak menghabisi mu. Ayah mu tidak bisa berbuat apa-apa, Ia diborgol dengan sihir. Ibu mu menangis-nangis ketakutan. Saat sinar jahat keluar dari tangan penyihir untuk membunuhmu ibumu bergerak cepat mengambil mu dari nenek sihir itu. Sampai akhirnya sinar kematian mengenai raga ibu mu."
Torie terdiam dan meneteskan air mata.
Kakek tua : " Saat itu ibu mu tidak bisa bertahan lama, dan Ia hanya menitip pesan bahwa ayahmu harus menikah dengan Merta."
Torie berlari secepat mungkin dari hutan ke istana. Dengan perasaan yang begitu sakit akan penyesalannya dan kesedihan dengan semua kenyataan yang sudah Ia ketahui .
***
Di istana, Merta dan Sanbia sangat mengkhawatirkan akan kepergian Torie. Merta langsung meminta prajurit untuk menjemput Raja.
Tidak lama kemudian Raja tiba di Istana. Raja memerintahkan semua prajurit untuk mencari keberadaan Altorie. Prajurit kerajaan hendak pergi bergegas. Namun tiba-tiba, Torie datang dengan penuh Isak tangis.
Torie : " Ayah... Maafkan Aku."
Raja : " Ada apa Nak? Kau dari mana saja? Kami semua mencemaskan mu."
Torie : " Aku sudah mengetahui semua tentang Ibu, Ayah."
Untuk pertama kalinya Torie memeluk Sang Ayah. Dan Semua di istana kaget mendengar pernyataan dari Torie. Semua ikut menangis. Merta hanya bisa memeluk Sanbia sambil menangis.
Raja : " Wahai anak ku, ampunilah Ayah mu ini. Aku minta maaf tidak pernah mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada ibumu. Dan Aku tidak pernah mengizin kan mu untuk keluar dari istana. Semua itu Aku lakukan untuk kebaikan mu, Nak. Aku tidak ingin ibu mu sia-sia telah mengorbankan nyawanya bila sampai terjadi apa-apa dengan mu. Dan Merta bukanlah sosok ibu tiri jahat. Ia menyayangimu layaknya ibu kandung mu."
Torie pun meminta maaf kepada Merta dan memeluknya.
Akhirnya semua kebenaran terungkap. Dan yang menjadi prasangka Torie selama ini salah. Semua di istana itu menyayanginya. Mulai saat itu Altorie mulai merasa hidupnya kian berwarna dan kelabu pun kian sirna. Torie bisa mulai menganggap Merta sebagai ibu kandungnya. Keadaan di Istana tak lagi hening. Suasana bahagia bisa dinikmati oleh semua yang ada di Istana.
Sanbia : " Percayalah, Kelabu akan berlalu untuk menghapus pilu. Dan yakinilah bahwa nasib mu akan sesuai dengan porsi mu."
Torie memeluk Sanbia.
17.05
https://www.instagram.com/novarrahyu/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H