Mohon tunggu...
M. Nova Burhanuddin
M. Nova Burhanuddin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya mahasiswa yang sedang menempuh studi keislaman di Universitas Al-Azhar Mesir. Semoga Kompasiana ini dapat menjadi wadah untuk berbagi informasi dan pengetahuan yang menarik dan bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksistensialisme Maqashid Syariah

26 Juni 2016   04:35 Diperbarui: 26 Juni 2016   08:24 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[11]Ibid.,hlm. 4.

[12]Ibid.,hlm. 3.

[13] Wajib dalam istilah ilmu kalam aswaja adalah apa yang tidak bisa digambarkan (dibayangkan) dalam akal ke-tiada-annya. Lihat as-Sanusi, Umm al-Barâhîn, Kairo: Syirkah Maktabah wa Mathba’ah Mushthafa al-Babi al-Halabi wa Auladih.

[14] Mustahil dalam ilmu kalam aswaja adalah apa yang tidak bisa digambarkan (dibayangkan) dalam akal ke-ada-annya. Lihat as-Sanusi, Umm al-Barâhîn, op. cit.

[15] Jaiz dalam ilmu kalam aswaja adalah apa yang bisa digambarkan (dibayangkan) dalam akal ke-ada-annya dan ke-tiada-annya. Lihat as-Sanusi, Umm al-Barâhîn, op. cit.

[16] Imam al-Haramain, al-‘Aqîdah al-Nizhâmiyyah, tahqiq: Syaikh Muhammad Zahid al-Kautsari, Kairo: Maktabah al-Azhariyyah li-at-Turats, tanpa cet., 1412/1992, hlm. 13. Lihat juga Dr. Muhammd ‘Abd al-fadhil al-Qushi, Hawâmisy ‘alâ al-‘Aqîdah an-Nizhâmiyyah li-Imâm al-Haramain,Kairo: Maktabah al-Iman, 1426/2006, cet. II, hlm. 17-20.

[17]Ad-Daur adalah berhentinya sesuatu pada tempat berhentinya ia yang semula  ; at-Tasalsul adalah menertibkan (mengurutkan) perkara-perkara yang tanpa batas. Lihat asy-Syarif al-Jurjani, at-Ta’rîfât, op. cit.,hlm. 94 dan 49.

[18]Hâdits dalam Kalam aswaja adalah lawannya qadîm. Hâdits adalah adanya sesuatu setelah sebelumnya tiada; ; sementara qadîm adalah adanya dzat tanpa sebelumnya tiada. Lihat  asy-Syarif al-Jurjani, at-Ta’rîfât, op. cit.,hlm. 73 dan 150 (dengan sedikit perubahan redaksional).

[19] Lihat spirit eksistensialisme ala Martin Heidegger dalam Dr. ‘Abd al-Ghaffar Makawi, Nidâ` al-Haqîqah ma’a Tsalâtsah Nushûsh ‘an al-Haqîqah li-Haidajar,Kairo: Maktabah al-Usrah, 2010, tanpa cet., hlm. 13 dan 17-18.  Bandingkan pula dengan spirit eksistensialisme dahsyat ala Muhyiddin Ibn ‘Arabi dalam al-Futûhât al-Makkiyyah,taqdim: Dr. Sulaiman al-‘Aththar,Kairo: Dar al-Kutub wa al-Watsâiq al-Qaumiyyah, 1429/2008.

[20] Muhammad ath-Thahir bin ‘Asyur, op. cit.,hlm. 3-4.

[21]Ibid.,hlm. 4-5. Lihat juga asal kutipannya dari Imam al-Haramain, al-Burhân fî Ushûl al-Fiqh,tahqiq: Dr. ‘Abd al-‘Azhim ad-Dib, Kairo: Dar al-Wafa`, 1433/2012, cet. V, juz I, hlm. 74.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun