Mohon tunggu...
Nobertha Shinta
Nobertha Shinta Mohon Tunggu... Hoteliers - Anyone can write anything. Write whatever I want. Also write whatever I have to.

I will write whatever I want to write :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Strategi Edutainment di Museum Sonobudoyo Yogyakarta

24 September 2021   18:30 Diperbarui: 24 September 2021   18:35 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti museum pada umumnya, MS juga mengandalkan media promosi berupa brosur untuk memperkenalkan museumnya, dibandingkan dengan media lain seperti leaflet, poster atau website. Namun, brosur juga menjadi kelemahan dari sarana promosi ini karena hampir menjadi kelemahan semua museum di Indonesia. 

Kebanyakan museum tidak memperhatikan brosur yang mereka buat, bahkan terkadang informasinya tidak up to date, dan tampilannya tidak menarik, padahal brosur (serta leaflet dan alat promosi lainnya) selain bertujuan untuk mempromosikan museum, juga berperan untuk memberi pengetahuan kepada pengunjung dan masyarakat luas.

Brosur dan leaflet sebenarnya tidak perlu dibuat dengan bahan yang mahal, karena yang terpenting adalah informasi yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Sebaiknya pula, brosur dan leaflet ini tidak hanya diberikan kepada pengunjung yang datang ke museum tersebut, tapi justru di tempat-tempat umum dimana orang belum mengetahui tentang museum yang bersangkutan, seperti di terminal bandara, toko buku, tempat-tempat wisata, agen wisata perjalanan, dan lain-lain.

Media promosi yang paling tepat di era sekarang ini adalah dengan sosial media serta promosi dari mulut ke mulut. Hal ini brarti, peningkatan pelayanan di museum harus diperbaiki dan ditingkatkan, karena pelayanan inilah yang dapat menjadi ujung tombak dibandingkan dengan produk museum lainnya. Peran pemandu dan front line staff lainnya menjadi kunci keberhasilan promosi ini. Bagaimana mereka melayani pengunjung dan membuat mereka merasa nyaman dengan kunjungannya akan menjadi pengalaman berharga bagi pengunjung yang akan mereka bagi dengan orang lain.

Souvenir juga dapat menjadi media promosi bagi MS, karena mereka dapat menjadikan koleksi di museumnya sebagai produk suvenir dengan cara mereproduksi menjadi bentuk-bentuk seperti gantungan kunci, kartu pos, pembatas buku, kaos, mug, pensil, dan lain sebagainya. Keragaman dan kualitas menjadi hal yang penting, karena dengan menjadi salah satu produk museum, benda tersebut telah memiliki harga jual yang tinggi. 

Selain itu, MS dapat membuat program private labeling, yaitu program yang memberikan izin kepada toko suvenir museum untuk membuat berbagai produk dengan menyertakan label berupa nama atau logo museum (Mottner dan Ford, 2003: 3). 

Label museum ini diharapkan dapat meningkatkan penjualan, karena produk yang diasosiasikan dengan sebuah benda adalah salah satu taktik dalam strategi pemasaran.

Museum juga dapat mengembangkan brand yang menjadi ciri dari museum tersebut untuk ‘ditempelkan’ pada produk museum. Menurut Kotler, brand didefinisikan sebagai sebuah nama, tanda, simbol, desain, atau kombinasi semuanya yang bertujuan untuk menjadi identitas barang-barang dan layanan dari seorang atau sekelompok penjual, yang membedakan mereka dari kompetitornya (Kotler dan Kotler, 2008: 138).

Seiring dengan perkembangan teknologi, museum dapat melakukan promosinya dari dalam museum tetapi dengan cakupan yang lebih luas dengan menggunakan website. 

Tidak hanya promosi, lewat media ini museum dapat terus mengembangkan dirinya serta menyampaikan misi edukasinya kepada masyarakat yang tidak memiliki waktu untuk mengunjungi museum, atau terhalang masalah jarak. Namun, untuk mengelola sebuah website, museum harus memiliki staf khusus untuk mengelola dan meng-up date informasi dalam website tersebut. 

Sebagai alternatif pemecahannya, museum dapat bekerja sama dengan pihak-pihak tertentu, seperti komunitas-komunitas museum yang telah lebih dahulu mengembangkan website dalam mengembangkan jaringannya. Kerja sama yang dijalin dapat dalam bentuk pembuatan sebuah website museum, termasuk desain dan informasi di dalamnya kemudian museum yang mengelola, atau dalam bentuk tenaga yang mengelola website tersebut setiap harinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun