Lembar kerja siswa yang disediakan oleh museum sebaiknya dapat mendorong para siswa melakukan pengamatan, sehingga mereka tidak akan dapat menjawab pertanyaan dalam lembar kerja tersebut tanpa melakukan pengamatan yang baik, seperti misalnya meminta mereka untuk menghitung, daripada menanyakan bagaimana pembuatan atau fungsi suatu benda (Ambrose dan Paine, 1993: 39).
Museum menyadari bahwa kunjungan siswa sekolah ini merupakan jumlah kunjungan yang paling besar. Dengan demikian, ada baiknya jika pihak sekolah dapat memberitahukan terlebih dahulu kapan mereka akan mengunjungi museum. Sementara pihak museum dapat membuat sebuah booklet atau brosur yang berisi penjelasan mengenai layanan apa saja yang dapat mereka sediakan bagi sekolah-sekolah tersebut.
Booklet tersebut paling tidak memuat informasi singkat mengenai pameran di museum, bagaimana caranya apabila pihak sekolah ingin mengadakan kunjungan, layanan apa saja yang tersedia (seperti diskusi, permainan interaktif, dan sebagainya), fasilitas yang tersedia (alat tulis, ruang pertemuan, kantin, dan sebagainya), dan juga informasi mengenai akses bagi siswa yang memerlukan kebutuhan khusus.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kunjungan sekolah-sekolah ke museum seharusnya menjadi satu bagian dari serangkaian kegiatan edukasi siswa, maka harus ada tindak lanjut dari kunjungan para siswa ke museum.Â
Tindak lanjut itu dapat berupa berbagai kegiatan seperti pembuatan karya tulis mengenai berbagai tema dari koleksi yang mereka lihat di museum, pembuatan display pameran antar kelompok dalam satu kelas atau antar kelas, membuat karya seni kolase dengan contoh desain koleksi yang ada di museum, dan lain sebagainya.
c. Workshop dan Diskusi.
Seperti halnya program kunjungan sekolah, kegiatan seperti workshop dan diskusi ini merupakan program yang dilakukan di dalam museum. Sebelum museum mengadakan kegiatan seperti workshop atau diskusi, harus ditentukan terlebih tema dan sasaran atau target yang ingin dicapai, apakah untuk pengunjung umum, anak sekolah, atau untuk para guru misalnya.
Target ini dapat disesuaikan dengan tema yang akan diambil oleh museum, misalnya tema mengenai konservasi kertas/ buku langka. Museum dapat menjalin kerja sama denganÂ
Perpustakaan Nasional untuk mendatangkan seorang konservator kertas yang akan memberikan pengetahuan mengenai bagaimana merawat koleksi tersebut.Â
Tentu yang ingin datang ke acara ini bukanlah anak-anak sekolah dasar, tetapi mereka yang memang memiliki koleksi sejenis itu, atau memang berkecimpung dalam dunia yang berkaitan dengan tema tersebut, misalnya saja para pustakawan atau kolektor buku langka.
Konsep serupa dapat diterapkan pada program diskusi, yaitu mengambil tema-tema tertentu disesuaikan dengan moment khusus. Misalnya bertepatan dengan Pameran Temporer Angkasa Raya Ruang dan Waktu, MSB mengadakan diskusi akademis berupa seminar kajian dari pameran yang sedang berlangsung.