Mohon tunggu...
NIZAR ARFANI YUSUF
NIZAR ARFANI YUSUF Mohon Tunggu... Guru - Guru BK

Saya suka makan sayuran dan menonton film action

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling

25 Januari 2023   12:15 Diperbarui: 25 Januari 2023   12:33 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN KONSELING ( PTBK )

 

Upaya untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa dengan Menaati Tata Tertib Sekolah melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Modelling pada Siswa Kelas VII MTs Miftahul Ulum Jatinegara Tegal

Tahun Pelajaran 2021/2022

 

Disusun oleh:

NIZAR ARFANI YUSUF, S.Pd.

 

MTS MIFTAHUL ULUM JATINEGARA KABUPATEN TEGAL

TAHUN 2022

BAB I PENDAHULUAN

 

Latar Belakang Masalah

 

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 

Oleh karena itu untuk mewujudkan peserta didik agar dapat mengembangkan potensi dirinya yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, sehingga peran guru dalam peningkatan mutu kelulusan peserta didik sangat penting khususnya di lingkuangn sekolah.Terkadang dalam proses bimbingan yang diberikan oleh guru tidak dapat direspon dengan baik karena adanya faktor- faktor yang mempengaruhi peserta didik antara lain dari faktor interen dan faktor eksteren.

Dalam prinsip pendidikan harus diakui bahwa nilai pendidikan tidak bisa secara keseluruhan diberikan kepada dunia pendidikan (sekolah), karena pendidikan merupakan tanggung jawab dari seluruh komponen masyarakat. Walaupun pada akhirnya sekolah mendapatkan kesempatan yang lebih besar dalam mendidik dari pada masyarakat. Kesempatan dalam mendidik dibuktikan dengan peserta didik lebih banyak menghabiskan waktunya di lingkungan sekolah 

dari pada di lingkungan keluarga. Secara tidak langsung pembentukan kedisiplinan dapat terbentuk secara perlahan. Pembentukan disiplin yang dilakukan peserta didik tidak secara keseluruhan direspon dengan baik, contohnya peserta didik cenderung melanggar dan mengabaikan nilai etika, moral, dan disiplin.

Akhir-akhir ini banyak di media massa dan elektronik yang memberitakan tingkat kedisiplinan yang masih tergolong memperihatinkan, kualitas pelanggaran semakin bertambah dari waktu ke waktu. Pada umumnya proses pendidikan selain di sekolah, peran orang tua juga sangat penting pada proses perubahan tingkah laku mendisiplinkan siswa. Siswa berperan sebagai anak. Orang tua adalah guru utama dalam lingkungan sekitar, sedangkan dalam proses pendidikan pada umumnya yang dilangsungkan di sekolah melalui kegiatan pembelajaran yang merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku. Perubahan itu melalui aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dari hasil pengamatan peneliti sebagai guru bimbingan dan konseling di MTs Mifathul Ulum Jatinegara Kabupaten Tegal banyak ditemukan peserta didik yang menunjukan sikap-sikap seperti suka membolos pada proses pembelajaran berlangsung, tidak datang tepat waktu, ketidakhadiran, dan tidak mengerjakan pekerjaan rumah.

Tingkat kedisiplinan siswa rendah untuk mentaati peraturan yang ada di sekolah, disebabkan karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi baik faktor yang berasal dari dalam ataupun dari luar, yaitu: siswa tidak bisa menolak ajakan teman-temannya, siswa malas jika selalu mentaati peraturan yang membuat bosan, 

dan kurangnya pemahaman siswa tentang manfaat berdisiplin. Hal ini menjadi respon bagi peneliti untuk memberikan suatu layanan bimbingan dan konseling. Salah satu jenis layanan bimbingan dan konseling adalah layanan penguasaan konten. Pada layanan penguasaan konten, siswa akan diajarkan dan dilatih tentang kedisiplinan.

Menurut Prayitno (2004: 2), menyatakan bahwa layanan penguasaan konten merupakan layanan bantuan kepada individu (sendiri-sendiri atau pun dalam kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar. Kemampuan atau kompetensi yang dipelajari itu merupakan satu unit konten yang di dalamnya terkandung fakta dan data, konsep, proses, hukum dan aturan, nilai, persepsi, afeksi, sikap dan tindakan yang terkait di dalamnya. layanan penguasaan konten membantu individu menguasai aspek konten tersebut secara tersinergikan.

Layanan penguasaan konten sangat penting diberikan kepada siswa. Dalam memberikan layanan penguasaan konten, peneliti menggunakan teknik modelling, yaitu proses belajar melalui observasi dari seseorang individu atau kelompok sebagai model dan berperan memberikan rangsangan bagi pikiran- pikiran, sikap-sikap atau tingkah laku dari individu yang lain.

Terdapat beberapa   faktor yang dapat   mempengaruhi pembentukan disiplin pada diri seseorang, antara lain adalah adanya alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku disiplin serta diperlukan adanya teladan untuk membentuk disiplin itu sendiri. Oleh sebab itu peneliti memilih layanan penguasaan konten dengan menggunakan Teknik 

modelling untuk membantu mengatasi permasalahan disiplin siswa. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Muslikah (2010: 100), hasil penelitian yang diperoleh adalah "terjadi peningkatan motivasi berprestasi setelah diberikan layanan penguasaan konten dengan teknik modelling simbolik". Hasil akhir dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib setelah mendapatkan layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling.

Berdasar pada latar belakang, maka peneliti mengkaji judul " Upaya untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dengan menaati tata tertib sekolah melalui layanaan penguasaan konten dengan teknik modelling pada siswa kelas VII MTs Miftahul Ulum Jatinegara Tegal Tahun Pelajaran 2021/2022"

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan masalah yaitu:

  • Pelaksanaan program bimbingan dan konseling pada siswa kelas VII MTs Miftahul Ulum Jatinegara Tegal Tahun Pelajaran 2021/2022 belum terlaksana dengan baik.
  • Pentingnya kedisiplinan bagi siswa untuk membantu dalam menyelesaikan tugas perkembangannya..
  • Masih terdapat siswa yang melanggar tata tertib sekolah.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah akan dibatasi pada Upaya untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dengan menaati tata tertib sekolah melalui layanaan penguasaan konten dengan teknik modelling pada siswa kelas VII MTs Miftahul Ulum Jatinegara Tegal Tahun Pelajaran 2021/2022.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: " Seberapa besar upaya untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dengan menaati tata tertib sekolah melalui layanaan penguasaan konten dengan teknik modelling pada siswa kelas VII MTs Miftahul Ulum Jatinegara Tegal Tahun Pelajaran 2021/2022".

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar upaya untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dengan menaati tata tertib sekolah melalui layanaan penguasaan konten dengan teknik modelling pada siswa kelas VII MTs Miftahul Ulum Jatinegara Tegal Tahun Pelajaran 2021/2022.

BAB II KAJIAN TEORI

 

  • Kedisiplinan
  • Pengertian Kedisiplinan

Disiplin adalah pengaruh yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi lingkungan. Menurut Imam Ahmad Ibnu Nizar (2009: 106) disiplin ialah "bagian dari perilaku positif yang idealnya dimiliki oleh setiap orang". Maman Rachman mengatakan bahwa disiplin "sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya (dalam Tu'u, 2004:32)".

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah pengaruh yang dirancang untuk mematuhi ketaatan atau kepatuhan pada peraturan atau tata tertib yang berlaku disekolah, dengan tujuan untuk merubah perilaku siswa yang mencangkup segala sesuatu yang dipikirkan serta dikerjakan dan sebagai suatu proses yang penting dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, kenyakinan, tujuan, kepribadian serta memperoleh perubahan tingkah laku di sekolah.

  • Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan

Menurut Tu'u (2004:48) ada empat faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan yaitu: 

kesadaran diri, alat pendidikan, teladan berdisiplin dan lingkungan berdisiplin, yaitu: (1) Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin sangat penting bagi kebaikan dan keberhasilan. Selain itu juga sebagai motif sebagai pembentukan disiplin yang sangat kuat. 

(2) Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai yang diajarkan. (3) Teladan berdisiplin sebagai perbuatan dan tindakan kerap kali lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan kata-kata. 

Hal tersebut sebagai contoh dan teladan disiplin atasan, dari kepala sekolah dan guru-guru serta piata usaha sangat berpengaruh terhadap disiplin para siswa mudah.Karena mereka lebih mudah meniru apa yang mereka lihat dibandingkan dengan yang mereka dengar. (4) Lingkungan berdisiplin seseorang sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Bila berada pada lingkungan yang berdisiplin maka seorang tersebut akan dapat terbawa oleh lingkungan tersebut.

  • Fungsi Kedisiplinan

Tu'u (2004: 38-44) menyatakan bahwa fungsi kedisiplinan belajar yaitu:

  • Menata kehidupan bersama di perlukan norma, nilai, peraturan-peraturan untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatan dapat berjalan baik dan lancar, kepentingan individu yang satu tidak berbenturan dengan yang lain.
  • Sifat, tingkah laku dan pola hidup tersebut sangat unik sehingga membedakan dirinya dengan orang lain, pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya berhubungan dengan faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.
  • Melatih kepribadian sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk dalam waktu yang singkat namun terbentuk melalui proses yang panjang, proses untuk membentuk kepribadian tersebut di lakukan melalui latihan.
  • Hukuman, tata tertib sekolah biasanya berisi hal yang positif yang harus dilakukan oleh siswa, sisi lain berisi sanksi yang melanggarnya.
  • Menciptakan lingkungan kondusif, sekolah merupakan ruang lingkup Pendidikan.

Hurlock (1999: 85) mengungkapkan bahwa kedisiplinan mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam membantu anak menjadi makhluk bermoral yaitu: a) Mempunyai fungsi pendidikan, sebab dengan disiplin dapat memperkenalkan anak perilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut. b) Disiplin dapat membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dan cara melatih kedisiplinan yaitu menata kehidupan memerlukan norma, membangun pribadi, menciptakan lingkungan yang kondusif.

  • Aspek Kedisiplinan
    Menurut Bahri (2009: 27) ada tiga aspek disiplin yaitu sebagai berikut:
    • Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dan latihan pengendalian pikiran dan pengendalian watak.
    • Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan tingkah laku, pemahaman tersebut menumbuhkan atau kesadaran untuk memahami disiplin sebagai suatu aturan yang membimbing tingkah laku
    • Sikap dan tingkah laku yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat
  • Cara Menanamkan Kedisiplinan

Menurut Hurlock (1999:85) ada tiga upaya untuk menanamkan kedisiplinan pada anak yaitu (1) Mendisiplinkan dengan cara otoriter. Disiplin otoriter dapat berkisar antara pengendalian perilaku anak yang wajar hingga yang kaku yang tidak memberi kebebasan bertindak, kecuali yang sesuai dengan standar yang ditentukan. 

(2) Permisif. Penerapan disiplin yang diberikan kepada anak yang tidak memberi batas-batas atau kendala yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan dan diizinkan untuk mengambil keputusan sendiri sesuai dengan kehendak anak. (3) Demokratis. Metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membatu anak mengerti mengapa peraturan tertentu diterapkan dan dalam demokratis pemberian hukuman dan penghargaan untuk anak yang secara sadar menolak disiplin.

Tata Tertib

  • Pengertian Tata Tertib

Arikunto (1990:122) menyebutkan bahwa tata tertib adalah sesuatu yang mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa.. Sedangkan Starawaji (2009) mendefinisikan tata tertib sebagai sebuah aturan yang dibuat secara tersusun dan teratur, serta saling berurutan, denga tujuan semua orang yang melaksanakan peraturan ini melakukannya sesuai dengan urutan-urutan yang telah dibuat.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tata tertib merupakan serangkaian peraturan yang disusun dalam suatu lembaga secara

tersusun dan teratur yang harus ditaati oleh setiap orang yang berada dalam lembaga tersebut dengan tujuan menciptakan suasana yang aman, tertib dan teratur.

  • Unsur-unsur Tata Tertib

Berdasarkan penjelasan tentang disiplin dan tata tertib maka dapat disimpulkan bahwa seorang siswa dapat dikatakan disiplin dalam menaati tata tertib sekolah apabila memenuhi indikator sebagai berikut:

  • Memiliki kesadaran untuk mematuhi aturan
  • Bertanggung jawab terhadap tugas
  • Berorientasi sukses
  • Mampu mengendalikan diri
  • Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam peraturan
  • Mampu menjadi teladan
  • Jujur
  • Tegas dalam menerapkan aturan
  • Konsisten dalam menjalankan aturan
  • Mematuhi peraturan yang berlaku
  • Mempunyai hubungan yang baik dengan lingkungan sekolah
  • Dinamis
  • Paham tentang peraturan yang berlaku di sekolah
  • Rajin belajar
  • Mampu bekerja sama dengan orang lain
  • Memanfaatkan waktu dengan baik
  • Menerima peraturan yang berlaku
  • Mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah
  • Mampu mengevaluasi diri (introspeksi diri)

Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Modelling

  • Pengertian Layanan Penguasaan Konten

Menurut Prayitno (2004:2), layanan penguasaan konten (PKO) merupakan layanan bantuan kepada individu (sendiri-sendiri atupun dalam kelompok) untuk menguasai kemamapuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar. Salahudin (2010:139), menyatakan layanan penguasaan konten yaitu layanan yang membantu siswa menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Menurut Prayitno (dalam Tohirin, 2007 :158), layanan penguasaan konten merupakan suatu layanan bantuan kepada individu (siswa) baik sendiri maupun kelompok untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa layanan penguasaan konten adalah layanan bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) baik sendiri maupun kelompok untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat 

  • Tahap-tahap Pelaksanaan Layanan Penguasaan Konten

Menurut Prayitno (dalam Tohirin, 2007:162-163), menyatakan bahwa dalam pelaksanaan layanan penguasaan konten melalui tahap-tahap sebagai berikut:

  • Perencanaan yang mencakup: 1) menetapkan subjek (siswa) yang akan dilayani (menjadi peserta layanan), 2) menetapkan dan menyiapkan konten yang akan dipelajari secara rinci, 3) menetapkan proses dan langkah-langkah layanan, 4) menetapkan dan menyiapkan fasilitas layanan termasuk media dengan perangkat keras dan lunaknya, dan 5) menyiapkan kelengkapan administrasi.
  • Pelaksanaan yang mencakup: 1) melaksanakan kegiatan layanan melalui pengorganisasian proses pembelajaran penguasaan konten, 2) mengimplementasikan high touch dan high tech dalam proses pembelajaran.
  • Evaluasi yang mencakup: 1) menetapkan materi evaluasi, 2) menetapkan prosedur evaluasi, 3) menyusun instrumen evaluasi, 4) mengaplikasikan instrument evaluasi, 5) mengolah hasil aplikasi instrumen.
  • Analisis hasil evaluasi yang mencakup: 1) menetapkan standar evaluasi, 2) melakukan analsis dan menetapkan hasil evaluasi.
  • Tindak lanjut yang mencakup: 1) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, 2) mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada siswa dan pihak-pihak lain yang terkait, dan 3) melaksanakan rencana tindak lanjut.
  • Laporan yang mencakup: 1) menyusun laporan pelaksanaan layanan penguasaan konten, 2) menyampaikan laporan kepada pihak-pihak terkait (khususnya kepala sekolah atau madrasah) sebagai penanggung jawab utama 
  • layanan    bimbingan    dan    konseling    di    sekolah    atau                madrasah,    dan    3) mendokumentasikan laporan layanan.
    • Pengertian Teknik Modelling
      Peery dan Fukurawa (dalam Abimanyu 1996: 256) mendefinisikan modelling sebagai "proses belajar melalui observasi dari seseorang individu atau kelompok sebagai model dan berperan memberikan rangsangan bagi pikiran- pikiran, sikap-sikap atau tingkah laku dari individu yang lain.

    • Tahapan-tahapan Terjadinya Modelling
      Tahapan-tahapan proses modelling menurut Bandura (dalam Feist, 2006: 410) adalah sebagai berikut:
    • Atensi (perhatian), jika individu ingin mempelajari sesuatu, maka individu tersebut harus memperhatikannya dengan seksama.
    • Representasi, individu harus mampu mengingat apa yang diperhatikan.
    • Reproduksi, individu belajar untuk menghasilkan perilaku seperti model yang telah diamati.
    • Motivasi,   individu   akan   menirukan   model   karena        merasakan adanya dorongan-dorongan untuk melakukan apa yang telah diamatinya.

      Kerangka Teori
      Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah gambar 2.1:

Memiliki kedisiplinan yang kurang --- Diberikan layanan penguasaan konten dengan teknik modelling --- Adanya perubahan yang baik dalam kedisiplinan.

Hipotesis 

Berdasarkan kajian teori diatas, maka peniliti mengajukan hipotesis kerja, yaitu : "layanan penguasaan konten dengan teknik modelling dapat meningkatkan kedisiplinan pada siswa kelas VII MTs Miftahul Ulum Jatinegara Tegal Tahun Pelajaran 2021/2022".

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  • Tempat dan Waktu Penelitian
  • Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di MTs Miftahul Ulum Jatinegara Tegal khususnya pada siswa kelas VII Tahun Pelajaran 2021/2022. Peneliti mengadakan penelitian tersebut karena peneliti telah melakukan observasi. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, peneliti melihat bahwa siswa-siswi MTs Miftahul Ulum Jatinegara Tegal perlu diberikan layanan penguasaan konten dengan teknik modelling untuk meningkatkan kedisiplinan siswa.

  • Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanankan rentang waktu bulan Januari sampai Maret 2022.

Sasaran Penelitian

Adapun yang menjadi sasaran penelitian tindakan bimbingan dan konseling adalah siswa kelas VII yang berjumlah 30 siswa yang terdiri laki-laki berjumlah 12 siswa dan perempuan 18 siswa pada tahun pelajaran 2021/2022.

Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan bimbingan dan konseling, yaitu salah satu pemecahan masalah yang 

memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.

Penelitian tindakan pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Kemmis dan Mc Teggart, 1990).

Peran Peneliti

Peneliti dalam penilitian ini bertindak sebagai perencana serta pembuat laporan dalam penelitian tindakan bimbingan konseling yang dilaksanakan. Adapun peran peneiliti dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Perencana Tindakan

Peneliti membuat rencana tindakan dan instrumen penelitian.

  • Pelaksana Tindakan

Pada penelitian ini yang menjadi pelaksana tindakan perbaikan adalah peneliti sendiri yang merupakan guru pembimbing kelas VII B.

  • Melakukan Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan selama proses penelitian berlangsung. Namun, pengamatan ini tidak dilakukan sendiri, dibantu oleh rekan sejawat. Rekan sejawat sebagai pihak yang membantu peneliti mengumpulkan data penelitian dan merencanakan tindakan perbaikan untuk setiap pertemuan yang akan diadakan.

  • Membuat Laporan Penelitian

Peneliti membuat laporan hasil tindakan setelah kegiatan penelitian selesai. Penulisan laporan ini berdasarkan data-data yang telah diperoleh selama penelitian berlangsung.

Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian ini mengacu pada prosedur pelaksanaan penelitian tindakan bimbingan konseling yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Perencanaan

Langkah perencanaan yang dilakukan adalah menentukan masalah penelitian, menentukan tindakan, merancang perencanaan tindakan, merancang instrumen penelitian, menentukan indikator penelitian, dan menentukan teknik refleksi.

Pelaksanaan

  • Menentukan materi bahasan
  • Merencanakan prosedur kegiatan yang akan dilakuka

Pengamatan

Pada tahap ini, peneliti akan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan proses dan hasil.

Berikut ini adalah tabel pengamatan pada penelitian:

Tabel 1.1

Instrumen yang digunakan dalam Pengamatan Penelitian

Indikator

Keberhasilan

Data

Alat Perekam

Data

Pemahaman tentang peraturan yang berlaku

Mengetahui tentang peraturan yang berlaku di sekolah

Mengetahui manfaat dari peraturan di sekolah

Memiliki kesadaran untuk mematuhi aturan yang berlaku

Mengarahkan Tindakan sesuai dengan peraturan yang berlaku

Pedoman Observasi

Sikap mental yang baik

Berorientasi sukses

Mampu mengendalikan diri

Berani

Jujur

Mempunyai hubungan yang baik dengan lingkungan sekolah

Pedoman observasi dan catatan anekdot

Kesungguhan dalam menaati tata tertib

Bertanggung jawab terhadap tugas

Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam peraturan

Mampu menjadi teladan

Mampu bekerja sama dengan orang lain

Memanfaatkan waktu

Melakukan evaluasi diri

Angket

Tabel 1.2

Kriteria Penilaian Tingkat Kedisiplinan Menaati Tata Tertib

Interval ( % )

Kriteria

85 -- 100

Sangat Tinggi

70 -- 85

Tinggi

55 -- 70

Sedang

40 -- 55

Rendah

25 -- 40

Sangat Rendah

Dengan menggunakan kriteria penilaian tingkat kedisiplinan dalam menaati tata tertib tersebut maka akan mempermudah peneliti dalam menentukan persentase gambaran tingkat kedisiplinan siswa setelah diberi layanan penguasaan konten dengan teknik modelling.

Refleksi

Refleksi dalam penelitian tindakan bimbingan konseling dilakuan setelah data terkumpul. Dalam melaksanakan refleksi, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan analisis data yaitu menggolongkan berbagai macam data yang ada pada kategori dan menyusun berbagai data dalam setiap kategori.

Teknik Pengumpuan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain:

  • Observasi

Jenis observasi yang digunakan adalah observasi partisipatif dan non partisipatif.

  • Catatan Anekdot

Catatan ini digunakan untuk mencatat informasi kualitatif yang terkait dengan tindakan pada setiap pertemuan. Catatan ini juga dapat dipakai untuk menunjukan kecenderungan adanya perubahan yang bersifat positif dan negatif.

  • Angket Kepuasan

Merupakan angket untuk mengukur kepuasan siswa terhadap layanan yang telah diberikan ke siswa. Angket ini berisi tanggapan siswa terhadap materi, media, metode selama layanan berlangsung. 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

Siklus I

 

  • Deskripsi Data
  • Prosedur Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan Pertama

  • Waktu Pelaksanaan

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 17 Januari 2022. Pada pertemuan pertama guru pembimbing melaksanakan kegiatan di jam bimbingan konseling pada pukul 10.00 -- 10.40 WIB.

  • Proses Pelaksanaan

Pada pertemuan ini, guru pembimbing menyampaikan materi pengenalan tentang konsep diri dengan menggunakan model tokoh yang ada di film Kungfu Panda. Sebelum pemutaran potongan film terlebih dulu peneliti melakukan apersepsi dengan siswa tentang materi yang akan disampaikan. 

Apersepsi yang peneliti lakukan adalah dengan menugaskan kepada siswa untuk menuliskan nama teman yang disiplin dalam hal mengerjakan tugas, menaati tata tertib dengan datang lebih awal, piket kelas, serta teman yang paling sering melanggar tata tertib. Hal ini selain bertujuan sebagai pengantar masuk ke materi yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang konsep diri mereka masing-masing.

Pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari 2 tahap yaitu pemberian model serta penyampaian materi yang berkaitan dengan model. Siswa nampak begitu antusias  dalam menerima materi, beberapa siswa sempat memberikan komentarnya tentang tokoh "Po" dalam film Kungfu Panda.

Setelah model selesai ditayangkan, peneliti menyampaikan materi tentang konsep diri dikaitkan dengan model yang telah ditayangkan. Peneliti mengajak siswa untuk mengenali konsep diri dari model yang telah ditayangkan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya tentang "Po". Siswa berebut untuk bisa berbicara sehingga kelas terdengar sangat gaduh, tetapi ketika peneliti meminta mereka untuk angkat jari sebelum berbicara tidak ada siswa yang ingin maju ke depan. Akhirnya peneliti menunjuk salah satu siswa untuk maju ke depan dan mengutarakan pendapatnya.

Pertemuan Kedua

  • Waktu Pelaksanaan

Pertemuan yang kedua dilaksanakan pada hari senin tanggal 24 Januari 2022. Pada pertemuan kedua guru pembimbing melaksanakan kegiatan di jam bimbingan konseling pada pukul 10.00 -- 10.40 WIB

  • Proses Pelaksanaan

Materi yang disampaikan pada pertemuan kedua ini adalah arti penting disiplin serta dikaitkan dengan tata tertib yang berlaku di sekolah. Pada awalnya siswa kurang antusias dengan materi yang disampaikan. Akan tetapi setelah materi selesai disampaikan kemudian diputarkan film pendek yang berjudul "Merah Putih yang Terlupakan" siswa merasa sangat tertarik. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi dalam kelompok, mendiskusikan tentang makna 

yang telah diputarkan tersebut dikaitkan dengan materi yang telah disampaikan sebelumnya. Kemudian peneliti meminta perwakilan dari kelompok untuk membacakan hasil diskusi mereka. Dalam kegiatan ini peneliti membagi siswa dalam 5 kelompok kecil. Mereka masih saling menunjuk ketika harus maju ke depan, ada dua kelompok yang tidak saling tunjuk tetapi langsung ada satu siswa yang maju ke depan.

Pertemuan Ketiga

  • Waktu Pelaksanaan

Pertemuan yang ketiga dilaksanakan pada hari senin tanggal 31 Januari 2022. Pada pertemuan ketiga guru pembimbing melaksanakan kegiatan di jam bimbingan konseling pada pukul 10.00 -- 10.40 WIB

  • Proses Pelaksanaan

Pelaksanaan layanan ini ada dua kegiatan yaitu penjelasan materi dan proses modelling tokoh dalam film "Laskar Pelangi" yang dilanjutkan dengan diskusi dan menelaah perilaku model yang ditampilkan. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan pembinaan hubungan baik antara peneliti dengan siswa. Kemudian dilanjutkan dengan apersepsi yaitu dengan menanyakan pendapat siswa tentang alasan datang terlambat ke sekolah dan cara mengatasi keterlambatan tersebut.

Pada saat potongan film mulai ditampilkan, siswa memperhatikan model "Lintang" dengan antusias. Setelah pemutaran potongan film selesai dilanjutkan dengan mendiskusikan karakter tokoh lintang. Kemudian beberapa siswa diberi 

kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Di antara 12 siswa yang menawarkan diri untuk maju ke depan kelas peneliti menunjuk 3 siswa sebagai perwakilan. Mereka menyimpulkan bahwa "Lintang" mempunyai karakter: mempunyai motivasi belajar tinggi, tidak mudah putus asa, sopan, pintar, percaya diri, dan disiplin serta taat pada peraturan sekolah. Siswa yang lain terlihat mendengarkan apa yang disampaikan oleh teman-teman mereka dengan baik. Peneliti memberikan reward kepada siswa yang telah maju ke depan kelas untuk bisa lebih memotivasi mereka dan siswa yang lain.

  • Tanggapan Siswa terhadap Kegiatan Layanan

Pertemuan pertama, siswa merasa sangat senang dengan kegiatan yang diberikan oleh peneliti, mereka berharap bisa melihat film yang berbeda. Selain itu mereka mengutarakan akan mengambil pelajaran dari setiap tayangan yang disaksikan.

Pada pertemuan kedua, siswa mulai mengerti tentang arti penting disiplin dan memahami peraturan yang berlaku di sekolah, serta mampu menceritakan dan menyimpulkan perilaku model yang ditampilkan. Mereka berkomitmen untuk tidak meniru perilaku model, karena model yang ditampilkan pada kegiatan ini berperilaku tidak disiplin.

Kemudian pertemuan ketiga, terjadi peningkatan yang cukup baik yaitu siswa dapat menganalisis tokoh dalam film dengan baik. 

  • Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis sebelum siswa diberikan layanan penguasaan konten dengan teknik modelling, siswa menunjukan sikap kedisiplinan menaati tata tertib yang rendah ( 55 % ), seperti datang ke sekolah tidak tepat waktu, baju seragam tidak dimasukan, membolos pelajaran, tidak mengerjakan tugas.

Kemudian setelah diberikan layanan pada Siklus I menunjukkan bahwa setelah diberikan layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling dari 30 siswa kelas VII B MTs Miftahul Ulum Jatinegara Tegal menunjukan sikap kedisiplinan yang sedang ( 70 % ). Hal ini menunjukan peningkatan kedisiplinan yang ditunjukan oleh siswa dalam hal menaati tata tertib.

  • Refleksi

Pada pertemuan pertama ini terlihat bahwa siswa masih belum memahami tentang arti disiplin karena ketika apersepsi untuk menuliskan nama-nama teman yang disiplin siswa nampak bingung dan beberapa siswa menanyakan "Bu disiplin itu apa?". Dari sini nampak bahwa indikator pemahaman tentang peraturan yang berlaku dan manfaat yang berlaku belum terlalu dikusai.

Pada pertemua kedua, pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik yang ditujukan siswa mulai mengetahui dan memahami tentang peraturan yang berlaku di sekolah, siswa mulai berani untuk mengemukakan pendapatnya dengan mewakili kelompok maju ke depan, dan siswa menunjukkan sikap tanggung jawabnya dalam hal menyelesaikan tugas 

Pertemuan ketiga, Siswa memahami bahwa peraturan sekolah dibuat untuk ditaati bukan untuk dilanggar, Siswa mulai dapat mengendalikan diri mereka untuk tidak ribut di dalam kelas terutama pada saat pelajaran berlangsung, dan Siswa mulai tertib pada saat pelajaran berlangsung, pada pertemuan sebelumnya siswa masih sering berpindah-pindah tempat duduk pada saat pelajaran.

Siklus II

 

  • Deskripsi Data
  • Prosedur Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan Pertama

  • Waktu Pelaksanaan

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 14 Februari 2022. Pada pertemuan pertama guru pembimbing melaksanakan kegiatan di jam bimbingan konseling pada pukul 10.00 -- 10.40 WIB

  • Proses Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan diawali dengan pembinaan hubungan baik antara peneliti dengan siswa. Kemudian dilanjutkan dengan apersepsi yaitu dengan bertanya kepada seseorang mempunyai keinginan untuk sukses.

Pada pertemuan keempat peneliti menyampaikan materi menumbuhkan keinginan untuk sukses melalui cerita bergambar yang berjudul "Ita Berhasil karena Disiplin". Peneliti membagi siswa dalam 5 kelompok kecil, kemudian menugaskan mereka untuk membaca kemudian mendiskusikan isi cerita tersebut 

Selama kegiatan berlangsung peneliti mendampingi siswa dan memfasilitasi siswa apabila ingin bertanya.

Setelah diskusi selesai peneliti memberikan kesempatan kepada setiap perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Mereka menyimpulkan bahwa tokoh "Ita" dapat menjadi siswa yang berhasil karena dia pandai mengatur waktu, disiplin, senang belajar, dan tidak melanggar peraturan sekolah yang telah ditetapkan. Peneliti meberikan reward kepada siswa yang telah maju ke depan.

Pertemuan Kedua

  • Waktu Pelaksanaan

Pertemuan yang kedua dilaksanakan pada hari senin tanggal 21 Februari 2022. Pada pertemuan kedua guru pembimbing melaksanakan kegiatan di jam bimbingan konseling pada pukul 10.00 -- 10.40 WIB.

  • Proses Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan diawali dengan pembinaan hubungan baik antara peneliti dengan siswa. Kemudian dilanjutkan dengan apersepsi yaitu dengan bertanya kepada siswa tentang tata tertib yang sering dilanggar.

Kegiatan ini terdiri dari 2 hal yaitu penyampaian materi tentang disiplin merupakan sebuah proses belajar dan pemutaran film "Karate Kid". Selama pemutaran film peneliti memotivasi siswa untuk memperhatikan film yang ditayangkan. Peneliti menjelaskan kepada siswa bahwa tokoh "Xiao Drew" harus latihan dari hal yang sepele dan diulang-ulang secara terus menerus untuk 

akhirnya bisa menang dalam pertandingan karate. Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bisa menyampaikan pendapatnya di depan kelas tentang tokoh "Xiao Drew". Perwakilan dari siswa menyampaikan bahwa mungkin awalnya Xiao Drew bosan belajar tentang hal yang sepele dan gerakan- gerakan yang sama tetapi karena itu adalah aturan dan sudah ditetapkan oleh gurunya makanya dia menurut.

Pertemuan Ketiga

  • Waktu pelaksanaan

Pertemuan yang ketiga dilaksanakan pada hari senin tanggal 7 Maret 2022. Pada pertemuan ketiga guru pembimbing melaksanakan kegiatan di jam bimbingan konseling pada pukul 10.00 -- 10.40 WIB.

  • Proses pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan diawali dengan pembinaan hubungan baik antara peneliti dengan siswa. Kemudian dilanjutkan dengan apersepsi yaitu dengan bertanya kepada siswa tentang manfaat tata tertib sekolah dan manfaat sikap disiplin di sekolah.

Kegiatan ini terdiri dari 2 hal yaitu penyampaian materi tentang manfaat tata tertib dan manfaat sikap disiplin di sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan pemutaran film "Kungfu Panda". Selama pemutaran film peneliti memotivasi siswa untuk memperhatikan dengan baik. Setelah film selesai diputar siswa dibagi ke dalam kelompok kecil dan mendiskusikan tayangan yang telah diputar. Hasil diskusi dibaca di depan kelas oleh salah satu anggota kelompok. Kesimpulan yang 

mereka ambil adalah tokoh "Po" tidak hanya mempunyai cita-cita dan tekad yang tinggi untuk bisa menjadi seorang master kungfu tetapi dia juga mempunyai kelakuan yang baik. Sekalipun teman-teman mengucilkannya tapi dia tetap berperilaku baik kepada teman-temannya.

  • Tanggapan Siswa terhadap Kegiatan Layanan

Pada pertemuan pertama, siswa memperolah pemahaman bahwa salah satu hal yang membuat seseorang berhasil adalah disiplin. Mereka menjadi lebih bersemangat dan mempunyai komitmen untuk bisa menjadi orang yang sukses.

Pertemuan kedua, Siswa memahami bahwa belajar adalah suatu hal yang menjenuhkan tapi karena itu untuk kebaikan mereka jadi harus dilakukan dengan baik dan sungguh-sungguh.

Kemudian pertemuan ketiga, Mereka berkomitmen untuk tidak memandang rendah teman-teman yang lain serta berusaha untuk bisa berhubungan baik dengan teman-temannya. Mereka merasa senang sekali dengan adanya pelajaran BK dan sering menonton film bersama.

Pembahasan

Pada Siklus II, menunjukan hasil signifikan yaitu sebesar 85 % dengan kategori tinggi. Ini mengalami peningkatan yang signifikan dari Siklus I di mana besar presentase lebih kecil yaitu 70 % 

  • Refleksi

Pertemuan pertama, siswa mulai menyadari akan mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh sekolah, mempunyai orientasi ke depan untuk menjadi orang yang sukses seperti tokoh "Nita", dan siswa belajar bekerjasama dengan siswa lain dalam kegiatan diskusi kelompok.

Pada pertemuan kedua, siswa memahami bahwa setiap hari mereka harus melakukan rutinitas yang sama untuk pergi ke sekolah dan harus mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah dan guru, siswa berkomitmen untuk menjadi anak yang berani dan bertanggung jawab, dan mereka mulai menunjukkan sikap yang baik untuk menjadi teladan bagi teman-teman yang lain

Kemudian pada pertemuan ketiga, siswa mengetahui bahwa tata tertib yang berlaku di sekolah bermanfaat bagi mereka dan mematuhinya adalah salah satu kewajiban dan kebaikan untuk diri mereka sendiri. siswa menyatakan bahwa untuk menjadi sukses seperti "Po" kita perlu berhubungan baik dengan guru dan teman-teman, dan tidak boleh saling membenci., dan siswa bertekad untuk bisa menjadi contoh yang baik.

Berdasarkan pertemuan pertama, kedua, dan ketiga menunjukan ada perubahan yang signifikan dialami oleh siswa setelah mengikuti kegiatan kegiatan layanan yang diberikan oleh peneliti. Ini menunjukan bahwa layanan penguasaan konten dengan teknik modelling efektif untuk meningkatkan kedisiplinan siswa.

BAB V PENUTUP

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

  • Kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib sebelum diberi layanan penguasaan konten dengan menggunakan teknik modelling pada siswa kelas VII MTs Miftahul Ulum Jatinegara tahun pelajaran 2021/2022 berada pada kategori rendah.
  • Kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib pada Siklus I berada pada kategori Sedang setelah diberi materi layanan penguasaan konten dengan teknik modelling yang berupa potongan film-film yang terkait dengan kedisiplinan.
  • Terdapat perubahan yang semakin meningkat secara signifikan pada Siklus II kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib sekolah. Hal ini juga didukung dengan materi layanan dengan memberikan potongan film-film yang terkait dengan kedisiplinan.

Saran

Saran untuk Pihak Sekolah:

Guru pembimbing MTs Miftahul Ulum Jatinegara Tegal untuk menggunakan layanan penguasaan konten dengan teknik modelling sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib.

Guru pembimbing MTs Miftahul Ulum Jatinegara Tegal untuk menggunakan Teknik modeling sebagai salah satu media pembelajaran karena siswa lebih antusias untuk menerima materi apabila menggunakan media modelling.

Saran untuk Penelitian Lanjut:

  • Penggunaan waktu secara efesien dalam berdiskusi agar siswa tidak menjadi bosan.
  • Peneliti lain untuk melakukan penelitian berkaitan dengan metode pengembangan kedisiplinan siswa dengan jenis layanan dan teknik yang berbeda

DAFTAR PUSTAKA

 

Abimanyu, Soli dan Thayeb Manrihu. 1996. Tehnik dan Laboratorium Konseling. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta

Dede Rahmat dan Aip Badrujaman. Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling (Jakarta:indeks, 2012), h. 156

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2008. Theories of Personality (Edisi Keenam).Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hurlock, Eliszabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Muslikah. 2010. Peningkatan Motivasi BerprestasiSiswa Melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Modeling Simbolik pada Siswa kelas XI IPS SMA Negeri 11 Semarang Tahun 2009/2010. Skripsi: Universitas Negeri Semarang.

Nizar, Imam Ahmad. 2009. Membentuk dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak Dini.Jogjakarta:Diva Press

Oktrianty, Elisabet. 2019. Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri Secara Aktif dan Metode Diskusi dalam Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Pengaturan Diri dalam Belajar Siswa. PTBK: BPK Penabur.

Prayitno. 2004. Layanan Penguasaan Konten. Universitas Negeri Padang: Tidak diterbitkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun