Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

REKAN, Rumah Persaudaraan Kami

21 Mei 2021   08:08 Diperbarui: 21 Mei 2021   08:18 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Sumber: Unsplash.com (Pin Adventure Map)

Arief pernah menembak aku. Saat itu tanggal 14 bulan kedua tahun 2015, saat bulan penuh cinta, dia datang ke rumahku membawa buket bunga sederhana tetapi sangat mempesona. Aku tidak pernah menyangka Arief melakukannya padaku.

Betapa tidak, aku seorang Kristiani yang taat, demikian pula Arief seorang muslim yang sangat teguh pada imannya.

Hari itu aku menolaknya. 3 sahabatku tidak pernah tahu akan hal ini. Aku dan Arief menyembunyikannya. Tetapi aku bisa merasakan sakitnya hati Arief karena kutolak.

Arief sempat menghilang dari REKAN, menghilang sesaat. Aku tahu saat itu dan ini yang membuatku sedih. Ketiga temanku tidak tahu dan melihat gelagat Arief.

“Fan, Sand, kalo aku keluar dari REKAN gimana?” Perkataanku saat itu mengejutkan dua sahabatku saat itu. Aku juga tidak tahan saat Arief selalu menghindari aku.

“Tar! Kamu gila kali ya, kita bakalan sama-sama terus..!” Perkataan tegas Irfan saat itu menyadarkan aku bahwa REKAN sudah seperti keluarga bagi kami semua.

“Kenapa Tari?” Sandy menanggapi dengan lembut. Sahabatku yang satu ini seperti sosok Papa dalam REKAN.

“Entahlah, Sand. Seperti ada yang kurang sekarang di REKAN.” Jawabanku tanpa memandang wajah Sandy.

Sandy dan Irfan seperti mengetahui isi hatiku dan Arief yang sedang sama-sama mencari ruang untuk perasaan kami walaupun kami sepakat tidak akan membuka cerita ini pada ketiga sahabatku itu.

Satu bulan setelah peristiwa penolakan itu. Arief kembali datang ke rumahku. Dia menjelaskan bahwa sulit menerima awalnya. Tetapi pelahan itu harus ditepis kuat. Arief memilih untuk tetap menjalin relasi persahabatan di REKAN.

“Tari, maafkan aku. Aku tahu, yang terpenting adalah memelihara REKAN sampai selamanya. Aku akan belajar untuk mengubah perasaanku ini menjadi sebuah kasih yang tidak ada batasnya. Seperti kasih seorang saudara kepada anggota saudarinya…” Jawaban Arief cukup menyejukkan aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun