Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Inspirasi Gaya Hidup, Melawan Arus "Kekinian"

13 Juni 2020   12:22 Diperbarui: 26 Oktober 2021   06:58 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aib orang dijadikan bahan candaan dan sindiran di muka umum, pekerja seni yang sedang bermain peran antagonis di sebuah film, menjadi bahan cercaan dan makian warganet, bad news is a good news, salah satu konsumsi berita gosip yang justru viral, hal  yang menjadi sebuah gaya hidup, yang dinikmati di era ini.

Menulis artikel ini sambil menoyor dahi saya sendiri, ganti gaya hidupmu juga, Nita.. mumpung masih ada kesempatan yang Dia beri. Belajar kembali untuk bersikap “nguwongke”. Memanusiakan orang.

Roda berputar, sama seperti hidup, berputar.

Jika tidak bisa berbuat baik, cukup jangan menyakiti orang lain. Mereka bukan kita, kita bukan mereka. Memahami saja, cukup.

Jika tidak sealiran dimusuhi, jika tidak sama dijauhi, jika dilawan, ngambek. Semua harus Yes, Sir!

Sosok Pak Oetomo lagi-lagi mengajarkan berlembar-lembar pelajaran hidup.

Saat semua rekan dosennya menggunakan roda empat, tak terlintas gengsi untuk tetap menggunakan motor vespa tua dalam menemaninya beraktivitas sebagai Psikolog yang berintegritas. Dari raut wajah yang saya lihat, masih teringat betapa beliau menikmati mengendarai vespa tuanya. Semua dikembalikan kepada esensi dan fungsi, harga diri bukan dinilai dari sesuatu yang kasat mata.

Saya yakin banget, beliau sangat mampu makan di resto-resto terkenal saat itu, tapi lebih memilih, makan siang di warung kecil bersama mahasiswanya,  juga sekalian ngebayarin mahasiswanya yang kerap ngutang makan di pemilik warung kecil tersebut, lho, karena orang tua mereka telat memberi transferan biaya hidup.

Kontras memang dengan gaya hidup yang demi mempertahankan gengsi, akhirnya menciptakan satu gaya hidup lain dengan makan di resto-resto mewah seperti dilansir dalam Kompas.com (07/12/2019), yang akhirnya berakhir dengan gaya hidup boros demi sebuah prestise.

Sebuah momen tak terlupakan, saat selesai membagikan curahan hati, berkonsultasi dan berbagi rasa, saya ingin memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu sebagai rasa terima kasih saya, beliau menolak, dengan kalimat fenomenal yang selalu saya ingat, “....pemberian Nita ini tidak akan membuat Nita menjadi lebih miskin, dan menjadikan Saya (beliau) lebih kaya, berikanlah ini pada yang lebih membutuhkan…”

Saat beliau bercerita, saat panas terik di kota Semarang, menarik kendaraan lain yang membutuhkan bantuan saat itu di daerah tanjakan Gombel, Semarang, tentu dengan vespa tuanya, menambah referensi kekaguman, dengan hal yang beliau lakukan, sebagai salah satu bentuk kepedulian kepada sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun