Mohon tunggu...
Nita Gustiani
Nita Gustiani Mohon Tunggu... Guru - Guru Taman Kanak-kanak

Menyukai anak-anak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar dan Karakter Toleransi Anak

11 Desember 2022   13:44 Diperbarui: 11 Desember 2022   14:31 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kata kunci: permainan modifikasi tikus sawah takut petani, kemampuan motorik kasar dan karakter toleransi anak.

BAB I

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang Masalah

Anak usia dini merupakan anak prasekolah, karena anak usia dini merupakan individu yang belum dan atau akan mendapatkan pendidikan di pendidikan dasar. Anak usia dini hanya memiliki masa peka dalam perkembangannya yang memerlukan rangsangan dari lingkungannya. Anak usia dini sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat serta memiliki rentang usia yang sangat berharga dibandingkan dengan usia selanjutnya karena perkembangan kecerdasannya sangat luar biasa. Oleh karena itu, anak usia dini harus diberikan fasilitas pendidikan yang tepat yaitu di pendidikan anak usia dini (PAUD).

Pasal 1 ayat 14 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan sebagai berikut.

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan selanjutnya.

Dengan demikian, pendidikan anak usia dini berupaya untuk menciptakan lingkungan dan memberikan yang terbaik bagi perkembangan berbagai potensi anak. Upaya yang dilakukan antara lain dengan menyajikan kegiatan belajar sambil bermain, melalui berbagai jenis permainan.

Permainan yang dilakukan dalam pendidikan anak usia dini ini merupakan fondasi bagi pembelajaran anak sehingga dapat menjembatani antara kehidupan di rumah, di lingkungan masyarakat sekitar rumah, dengan kehidupan anak di sekolah. Konsep bermain sambil belajar serta belajar sambil bermain merupakan fondasi yang mengarahkan anak pada kemampuan yang lebih beragam. Meskipun demikian, apabila anak telah siap belajar maka kegiatan bermainnya secara perlahan dapat dikurangi sehingga kegiatannya bisa lebih difokuskan pada pembelajaran dengan tetap mempertahankan konsep yang menyenangkan.

Pendidikan anak usia dini merupakan investasi yang sangat besar bagi bangsa. Meskipun tingkatannya merupakan pendidikan yang paling rendah, tetapi boleh jadi memiliki makna yang paling tinggi dari satuan-satuan pendidikan lainnya, karena PAUD akan melandasi pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. PAUD memegang peranan yang sangat penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya karena merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak, selain itu PAUD akan menjadi cikal bakal pembentukan karakter anak.

Kurikulum bagi anak usia dini tidak berasal dari buku referensi atau petunjuk kurikulum. Kurikulum yang otentik untuk anak usia dini datang dari anak itu sediri. Kurikulum ini dibuat berdasarkan minat, kebutuhan, tingkat perkembangan dan kepribadian unik anak. "Kurikulum pembelajaran usia dini penuh dengan gagasan dan cara mengetahui yang melibatkan tangan dan pikiran anak-anak" (Barbara dan Seefeldt, 2008: 106). Berdasarkan sasaran keseluruhan pendidikan usia dini, kurikulum itu membahas kesejahteraan sosial, emosi, fisik dan kecerdasan anak. Dalam kurikulum pendidikan anak usia dini ada enam aspek perkembangan yang sangat ditekankan dalam pembelajaran yaitu (1) nilai agama dan moral, (2) sosial-emosional dan kemandirian, (3) kognitif, (4) bahasa, (5) fisik motorik dan (6) seni. Setiap aspek perkembangan tersebut memiliki indikator capaian perkembangan yang harus dicapai oleh setiap anak dengan hasil yang diharapkan berkembang sesuai harapan (BSH) bahkan bisa mencapai berkembang sangat baik (BSB).

Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagaian atau seluruh anggota tubuh. Syamsyudin (Wiyani, 2015: 43) mengemukakan bahwa, "Motorik kasar adalah aktivitas dengan menggunakan otot-otot besar yang meliputi gerak dasar lokomotor dan nonlokomotor". Dalam perkembangan fisik motorik anak diharapkan sudah terkoordinasi dengan baik sesuai dengan perkembangan fisik yang beranjak matang. Gerakan-gerakan yang sudah selaras dengan kebutuhan dan minat anak akan cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup lincah dan gesit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun