Lelaki itu berusia matang dewasa usia tiga puluhan tahun. Dia hanya sekitar beberapa tahun di bawah usiaku. Baru kali ini aku merespon rasa cinta seseorang setelah aku bersuami. Banyak cinta yang datang. Banyak yang selalu ingin mendapatkan perhatianku. Termasuk seorang kontraktor yang mengerjakan rumahku. Namun aku tak pernah mau menggubrisnya. Lain dengan lelaki muda ini. Duh...
"Kamu tuh rupa wanita usia 28 tahun saja," katanya suatu saat.
"Hussh...bisa saja," sahutku.
Aku memang tak pernah member tahu umurku. Bukannnya aku menyimpannya. Tampaknya usiaku tak penting baginya.
"Kamu lebih tua dari aku, namun aku merasa aku lebih dewasa dari kamu. Usiamu tak penting bagiku. Yang terpenting adalah kamu dan jiwamu. Cintamu padaku. Aku mencintaimu karena kamu. Bukan kerena apa-apa. Namun yang jelas aku membutuhkan cinta yang ada kehormatan di dalamnya. Bukan cinta yang tak memiliki makna..." katanya.
"Kan banyak tuh cewek-cewek atau perempuan cantik yang masih sendiri. Kenapa harus aku?" kataku memancing pendapatnya sekaligus aku ingin tahu seperti apa lelaki di depanku yang mulai menarik hatiku ini.
"Oh, aku tak mau sembarangan. Cinta bagiku dan bagimu adalah karunia Tuhan yang harus disyukuri..." katanya meyakinkan.
"Iya aku mensyukuri cinta kita ini, Sayang..." kataku syahdu mendengar kata-katanya yang begitu menggodaku.
****
"Oke. Yuuk kita naik ke mobil dan berangkat pulang!" katanya mengagetkan aku.
"Iya," sahutku gelagapan.