Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Cibodas dan Jakarta Cinta Indah Tercipta

9 September 2012   08:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:43 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lelaki itu berusia matang dewasa usia tiga puluhan tahun. Dia hanya sekitar beberapa tahun di bawah usiaku. Baru kali ini aku merespon rasa cinta seseorang setelah aku bersuami. Banyak cinta yang datang. Banyak yang selalu ingin mendapatkan perhatianku. Termasuk seorang kontraktor yang mengerjakan rumahku. Namun aku tak pernah mau menggubrisnya. Lain dengan lelaki muda ini. Duh...

"Kamu tuh rupa wanita usia 28 tahun saja," katanya suatu saat.

"Hussh...bisa saja," sahutku.

Aku memang tak pernah member tahu umurku. Bukannnya aku menyimpannya. Tampaknya usiaku tak penting baginya.

"Kamu lebih tua dari aku, namun aku merasa aku lebih dewasa dari kamu. Usiamu tak penting bagiku. Yang terpenting adalah kamu dan jiwamu. Cintamu padaku. Aku mencintaimu karena kamu. Bukan kerena apa-apa. Namun yang jelas aku membutuhkan cinta yang ada kehormatan di dalamnya. Bukan cinta yang tak memiliki makna..." katanya.

"Kan banyak tuh cewek-cewek atau perempuan cantik yang masih sendiri. Kenapa harus aku?" kataku memancing pendapatnya sekaligus aku ingin tahu seperti apa lelaki di depanku yang mulai menarik hatiku ini.

"Oh, aku tak mau sembarangan. Cinta bagiku dan bagimu adalah karunia Tuhan yang harus disyukuri..." katanya meyakinkan.

"Iya aku mensyukuri cinta kita ini, Sayang..." kataku syahdu mendengar kata-katanya yang begitu menggodaku.

****

"Oke. Yuuk kita naik ke mobil dan berangkat pulang!" katanya mengagetkan aku.

"Iya," sahutku gelagapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun