Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Cibodas dan Jakarta Cinta Indah Tercipta

9 September 2012   08:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:43 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kamu foto deh di depan air terjun, Sayang..." pintanya sambil meraih BB yang aku pegang.

Pikiranku menerawang jauh saat difoto. Aku menjadi teringat kali pertama kami bertemu. Berawal dari sebuah bengkel tempat aku membetulkan motorku. Aku memberi dia nomor HP aku. Namun aku memberinya namaku nama palsu. Suatu saat dia telepon aku. Tak disangka dia menyatakan suka denganku. Katanya aku adalah tipenya. Katanya aku adalah wanita matang yang menarik...dan...semuanya membuat aku merasa tersanjung. Namun aku tak begitu memercayainya.

Namun seiring berjalannya waktu, aku tak tahu kenapa aku mulai menyukainya. Aku tersipu sebagai wanita bersuami. Betapa tidak. Kehadiran lelaki itu dalam hidupku sungguh tak terduga. Suatu hal yang selama ini aku pikir tak akan mungkin dalam hidupku. Sebagai perempuan, aku tak kekurangan suatu apapun. Anak-anakku sudah ada yang remaja, selain anak bayiku berumur kurang dari satu tahun. Hidupku diwarnai oleh segala urusan pekerjaan rumah. Aku mengurus rumah tangga. Aku mendorong suamiku berbisnis.

Sejak kehadirannya dalam hidupku, hidupku berubah. Kini aku mulai merasakan sesuatu yang luar biasa dalam hidupku. Rasanya warna dunia menjadi berbeda. Sungguh tak aku sangka bahwa rasa ini bisa terjadi padaku.

"Aku cinta kamu, Sayang," katanya itu ketika aku bertemu dengannya suatu saat.

Aku hanya diam saja. Aku tidak menanggapinya. Aku sadar bahwa aku wanita bersuami. Aku bahagia. Aku memiliki segalanya. Uang, kehormatan, suami sukses, anak-anak cerdas dan sehat. Yang terakhir itu sungguh aku syukuri. Aku tak bisa membayangkan kehidupan orang tua dengan anak-anak autis. Orang tua dengan anak-anak ber-down syndrome. Para orang tua itu akan dibebani anak-anak seumur hidup yang pada akhirnya disebut titipan Tuhan.

"Hei jangan melamun..." kata kekasihku itu sambil menepuk tanganku lembut.

"Eh, enggak..." sahutku sekenanya.

"Iya kan, aku mencintaimu, Sayang. Tulus dan suci..." katanya meyakinkan sambil merangkul bahuku.

Aliran hangat sentuhan tangannya begitu terasa. Ini hal yang sangat aneh. Kenapa aku merasakan getaran rasa yang tak biasa? Deguban jantungku selalu datang ketika dia mendekatiku. Terlebih ketika dia menyentuh tanganku. Rasanya aku tak mampu menghadapinya. Getaran rasa dalam jiwa ini begitu kuat kurasakan.

Setiap hari lelaki itu hadir dalam diriku. Suatu saat dia mengundang aku untuk menghadiri pameran lukisan di sebuah galeri. Betapa kagetnya aku tak sangka aku diperkenalkan kepada teman-temannya sebagai pasangan hidupnya. Perasaan yang tak pernah aku rasakan menjalar dalam jiwaku. Antara bangga dan tak percaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun