Mohon tunggu...
suryaning bawono
suryaning bawono Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen di Universitas Jember, Jawa Timur

Dr. Suryaning Bawono adalah peneliti dan dosen ekonomi di Universitas Jember dan STIE Jaya Negara Tamansiswa, Malang. Ia juga menjabat sebagai Direktur Keuangan di PT. Frost Yunior, Banyuwangi. Dr. Bawono dikenal atas penelitiannya tentang kapital manusia dan pertumbuhan ekonomi, serta memiliki berbagai publikasi terkenal dan penghargaan sebagai peneliti terbaik. Penelitiannya aktif terindex di Scopus, WOS, Google Scholar, ORCID, dan SINTA.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hancurnya Desa Kami

2 Desember 2024   21:15 Diperbarui: 2 Desember 2024   21:41 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dibuat oleh Penulis

"Melawan ketidakadilan adalah tanggung jawab bersama. Keberanian dan solidaritas adalah kunci untuk perubahan positif."

Desa Sukamaju adalah desa yang damai dan tenang, diapit oleh hamparan sawah yang hijau dan pegunungan yang menjulang. Penduduknya hidup sederhana, bergantung pada hasil pertanian dan peternakan. Di tengah desa, berdiri sebuah masjid tua yang menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial. Masjid itu adalah kebanggaan desa, tempat di mana semua penduduk berkumpul untuk beribadah dan bermusyawarah.

Pak Ustad Hadi adalah imam masjid yang dihormati oleh semua orang. Beliau dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan tegas dalam menjalankan ajaran agama. Setiap Jumat, masjid penuh dengan jamaah yang datang untuk mendengarkan khutbah Pak Ustad. Beliau selalu menyampaikan pesan-pesan moral dan kebaikan, mengingatkan penduduk untuk hidup jujur dan bekerja keras.

Namun, kebahagiaan dan kedamaian desa mulai memudar ketika Pak Kades, kepala desa yang baru saja terpilih, mulai menunjukkan sikap yang tidak adil. Pak Kades adalah seorang yang ambisius dan serakah. Ia menggunakan jabatannya untuk memperkaya diri sendiri, mengambil keuntungan dari proyek-proyek desa dan merampas tanah milik penduduk dengan dalih pembangunan.

"Sungguh tidak adil, Pak Ustad. Pak Kades mengambil tanah milik keluarga kami tanpa ada ganti rugi yang layak. Apa yang harus kami lakukan?" keluh Pak Budi, seorang petani yang tanahnya diambil paksa oleh Pak Kades.

Pak Ustad Hadi menghela napas panjang. "Kita harus berani melawan ketidakadilan ini, Pak Budi. Saya akan bicara dengan Pak Kades dan meminta kejelasan. Jika perlu, kita akan bawa masalah ini ke tingkat yang lebih tinggi."

Namun, usaha Pak Ustad dan penduduk untuk mendapatkan keadilan tidak mudah. Pak Kades menggunakan kekuasaannya untuk menekan dan mengintimidasi siapa pun yang berani menentangnya. Ia bahkan menyuap beberapa pejabat agar melindungi tindakannya.

"Pak Ustad, saya takut. Pak Kades mengancam akan mencelakai keluarga saya jika saya terus melawan," kata Ibu Siti dengan wajah cemas.

Pak Ustad Hadi merasa sedih melihat penderitaan penduduk desa. Ia tahu bahwa ketidakadilan ini harus dihentikan, tetapi ia juga menyadari betapa sulitnya melawan kekuasaan yang korup.

Suatu hari, seorang anak muda bernama Aji datang menemui Pak Ustad. Aji adalah seorang mahasiswa yang sedang pulang kampung. Ia mendengar tentang ketidakadilan yang terjadi di desa dan merasa terpanggil untuk membantu.

"Pak Ustad, kita tidak bisa diam saja. Saya punya teman-teman di kota yang bisa membantu kita menyuarakan ketidakadilan ini. Kita bisa melaporkan ke media dan lembaga hukum," kata Aji dengan semangat.

Pak Ustad Hadi merasa ada harapan baru. Bersama Aji dan para pemuda desa, mereka mulai mengumpulkan bukti-bukti korupsi dan penyelewengan yang dilakukan oleh Pak Kades. Mereka melaporkan kasus ini ke media dan lembaga anti-korupsi.

Tidak lama kemudian, berita tentang ketidakadilan di Desa Sukamaju menjadi sorotan. Media massa memberitakan dengan gencar, menyoroti tindakan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan oleh Pak Kades. Dukungan dari berbagai pihak mulai mengalir, dan tekanan dari masyarakat semakin besar.

Akhirnya, pemerintah turun tangan dan mengusut kasus ini. Pak Kades ditangkap dan dijatuhi hukuman atas kejahatan yang dilakukannya. Tanah-tanah yang dirampas dikembalikan kepada pemiliknya, dan proyek-proyek desa dilaksanakan dengan transparansi.

Desa Sukamaju kembali damai. Penduduk merasa lega dan bersyukur karena keadilan akhirnya tegak. Masjid tua di tengah desa kembali menjadi tempat berkumpul dan bermusyawarah, di bawah bimbingan Pak Ustad Hadi yang tak pernah lelah menyuarakan kebaikan dan keadilan.

Pak Ustad Hadi berdiri di depan jamaah pada suatu Jumat, menyampaikan khutbah dengan penuh semangat. "Saudara-saudaraku, ketidakadilan tidak boleh dibiarkan. Kita harus berani melawan dan memperjuangkan hak kita. Dengan kerja sama dan keberanian, kita bisa mengubah keadaan."

Aji yang duduk di barisan depan mengangguk setuju. Ia merasa bangga telah menjadi bagian dari perjuangan ini. Desa Sukamaju telah mengajarkan padanya bahwa keadilan dan kebenaran harus selalu ditegakkan, dan bahwa perubahan bisa dimulai dari satu langkah kecil.

Desa Sukamaju mungkin tidak lagi sesederhana dulu, tetapi semangat kebersamaan dan keadilan telah tumbuh subur di hati setiap penduduknya. Mereka belajar bahwa melawan ketidakadilan adalah tanggung jawab bersama, dan bahwa keadilan adalah hak setiap orang, tidak peduli seberapa kuat pihak yang menindas.

Melalui perjuangan mereka, Desa Sukamaju menjadi simbol harapan dan keberanian, menginspirasi banyak orang untuk tidak pernah menyerah dalam menghadapi ketidakadilan.

Meski keadilan sudah ditegakkan dan Pak Kades yang korup telah ditangkap, perjalanan Desa Sukamaju untuk pulih sepenuhnya masih panjang. Penduduk desa harus bekerja keras untuk membangun kembali apa yang telah dirampas dari mereka. Namun, semangat kebersamaan dan solidaritas yang tumbuh selama perjuangan melawan ketidakadilan memberi mereka kekuatan dan harapan baru.

Pak Ustad Hadi terus memimpin dan memberikan arahan kepada penduduk. Setiap minggu, ia mengadakan pertemuan di masjid untuk mendiskusikan rencana pembangunan desa dan cara-cara untuk meningkatkan kesejahteraan warga.

"Saudara-saudaraku, kita harus tetap bersatu dan bekerja sama. Kita telah melalui masa sulit bersama-sama, dan sekarang saatnya kita membangun masa depan yang lebih baik untuk desa kita," kata Pak Ustad Hadi dalam salah satu pertemuan.

Aji, yang telah kembali ke kota untuk melanjutkan studinya, tidak melupakan desanya. Ia sering berkunjung dan membawa teman-temannya untuk membantu proyek-proyek desa. Mereka membantu membangun kembali rumah-rumah yang rusak, memperbaiki jalan, dan mengajarkan keterampilan baru kepada penduduk.

"Saya melihat semangat gotong royong di sini sangat kuat. Ini adalah contoh yang baik untuk kita semua," kata salah satu teman Aji.

Pak Budi dan petani lainnya mulai merasakan dampak positif dari perubahan ini. Tanah mereka dikembalikan, dan mereka bisa kembali bercocok tanam tanpa rasa takut. Mereka juga mulai mempraktikkan metode pertanian baru yang lebih efektif dan ramah lingkungan.

"Saya sangat bersyukur tanah kami telah dikembalikan. Sekarang kami bisa bekerja dengan tenang dan fokus untuk menghasilkan panen yang lebih baik," kata Pak Budi dengan senyum lebar.

Ibu Siti, yang dulu hidup dalam ketakutan, kini merasa aman dan nyaman. Ia dan keluarganya mulai merasakan manfaat dari proyek-proyek pembangunan yang dijalankan oleh penduduk desa.

"Kehidupan kami mulai membaik. Saya merasa tenang karena tahu bahwa keadilan telah ditegakkan dan kami bisa hidup dengan damai," kata Ibu Siti dengan rasa syukur.

Desa Sukamaju juga menjadi contoh bagi desa-desa lain yang mengalami masalah serupa. Berkat upaya Aji dan teman-temannya, kisah perjuangan Desa Sukamaju dipublikasikan secara luas, menginspirasi banyak orang untuk berani melawan ketidakadilan dan bekerja sama untuk perubahan.

Pak Ustad Hadi dan para pemuda desa diundang untuk berbicara di berbagai acara dan seminar, berbagi pengalaman mereka dan memberikan inspirasi kepada orang lain.

"Perjuangan kami adalah bukti bahwa ketidakadilan bisa dilawan. Kuncinya adalah keberanian, solidaritas, dan kerja sama. Jangan pernah takut untuk bersuara dan memperjuangkan hak kita," kata Pak Ustad Hadi dalam salah satu seminar.

Seiring berjalannya waktu, Desa Sukamaju tumbuh menjadi desa yang makmur dan harmonis. Penduduknya tidak hanya berhasil membangun kembali infrastruktur, tetapi juga membangun rasa percaya diri dan kebanggaan yang kuat. Mereka belajar untuk tidak pernah menyerah dalam menghadapi tantangan dan selalu berpegang pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

Aji, yang kini telah menyelesaikan studinya, memutuskan untuk kembali ke desa dan mengabdikan dirinya untuk kemajuan Sukamaju. Ia membuka pusat pelatihan untuk anak muda, mengajarkan mereka berbagai keterampilan dan ilmu pengetahuan.

"Saya ingin generasi muda desa ini memiliki kesempatan yang lebih baik. Dengan pendidikan dan keterampilan, mereka bisa meraih masa depan yang cerah," kata Aji dengan semangat.

Pak Ustad Hadi, yang semakin tua, merasa bangga melihat perkembangan desanya. Ia tahu bahwa meskipun perjuangan mereka berat, hasilnya sangat memuaskan.

"Alhamdulillah, kita telah melalui banyak rintangan dan cobaan. Sekarang kita bisa menikmati buah dari kerja keras kita. Teruslah menjaga semangat kebersamaan dan keadilan ini," kata Pak Ustad Hadi dalam khutbah terakhirnya.

Desa Sukamaju menjadi simbol keberanian dan keadilan di seluruh Eldoria. Penduduk desa belajar bahwa meskipun ketidakadilan bisa datang dari mana saja, kekuatan dan solidaritas komunitas bisa mengatasi segala rintangan. Mereka menunjukkan bahwa dengan kerja keras dan tekad, perubahan positif selalu mungkin terjadi.

Pak Budi, Ibu Siti, Aji, dan semua penduduk desa menjadi teladan bagi banyak orang. Mereka membuktikan bahwa keadilan bukan hanya konsep abstrak, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan dan dijaga setiap hari.

Dengan semangat baru, Desa Sukamaju terus maju, menjaga nilai-nilai kebenaran dan keadilan yang telah mereka perjuangkan. Mereka tahu bahwa meskipun masa depan penuh dengan tantangan, mereka siap menghadapinya bersama-sama, dengan tekad dan keberanian yang tak tergoyahkan.

Dan begitu, Desa Sukamaju bukan hanya berhasil bangkit dari ketidakadilan, tetapi juga tumbuh menjadi komunitas yang kuat dan berdaya, siap menghadapi segala tantangan dengan kepala tegak dan hati penuh rasa syukur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun