Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 175 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bermain Api di Balik Pintu

19 Januari 2025   04:15 Diperbarui: 19 Januari 2025   04:15 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bermain Api di Balik Pintu
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

"Tak etung wes nem wulan iki Warti ra mulih, engko gek ...," ujar Bu Tumini  cemas.

"La, iyo, Yu ... aku kok yo mbatin, mengko gek ... meteng!" sambung Bu Tumisah, adiknya.

"La, yo kuwi! Apike disambangi wae, Ndhuk!" ajak sang kakak.

Dialog yang didengar oleh Runi di dapur mertua tersebut diam-diam direkam dalam hati. Namun, sengaja dia tidak ikut campur karena Warti, yang biasa disapa De War, adalah mantan asisten rumah tangganya. Runi sangat tahu bagaimana adab Warti yang temperamental. Karena itu, sengaja ia meminimalisasi agar tidak terkena mental kembali.

Mertua bersama adiknya membicarakan Warti yang enam bulan tidak pulang dan mencemaskannya. Mereka berdua takut jangan-jangan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti sebelumnya.

Runi teringat peristiwa sekitar sepuluh purnama sebelumnya. Sebagai seorang karyawan yang sering mendapat tugas ke luar kota, suami Runi sangat teliti. Sebelum melakukan raker, biasanya ia sudah mempersiapkan diri dengan baik. Baju-baju yang hendak dikenakan pada saat itu, telah diperhitungkan dengan rapi. Karena itu, ia sengaja membeli sendiri barang-barang yang diperlukan dan meminta istri menandainya.

"Ma, ini ... tolong beri tanda sulaman inisial namaku, Ma! Biar tidak tertukar dengan milik orang lain!"  pinta suami sambil menyerahkan dua kaos singlet baru dan dua pasang kaos kaki.

Tanpa diketahui siapa pun, dengan segera Runi menyulam kode KS pada keempat benda tersebut di tempat strategis. Bila tidak diperhatikan dengan jeli, inisial tersebut tidak akan diketahui siapa pun. Jadi, semacam kode khusus saja.

Pada hari H ketika sang suami hendak berangkat ke kota lain, ia menanyakan kepada istrinya di mana dua benda tersebut disimpan. Kedua benda yang masih baru dan belum pernah digunakan tersebut, tiba-tiba raib entah ke mana.  

Runi sempat kebingungan. Tiba-tiba, ia ingat bahwa De Warti, sapaan buat asisten rumah tangga yang menangani memasak dan mencuci setrika, gemar sekali nebeng di jemuran tetangga dengan alasan agar cepat kering.

Di rumah tetangga sebelah terdapat area luas di lantai dua sebagai tempat menjemur. Sementara, rumah Runi yang mungil tidak memiliki halaman guna menjemur pakaian. Itulah sebabnya De Warti sering bertandang ke tetangga sebelah rumah.

Tetangga sebelah memiliki area rumah lumayan luas, dihuni oleh beberapa orang. Selain sepasang bapak dan ibu, yakni Pakde dan Bude Paiman, yang lumayan sepuh, ada salah seorang  putrinya dengan keluarga kecil mereka yang tinggal di paviliun berlantai dua, di rumah samping.  Sepasang  suami istri sebaya dengan Runi, Mas Ujang dan Mbak Min, berusia tiga atau empat puluhan tahun, dengan dua remaja lelaki anak mereka.  

Entah kebetulan, rezeki, atau bagaimana, tiba-tiba hujan hendak turun. De War sedang tidak berada di rumah. Dengan  demikian, Runi meminta izin untuk mengambil jemuran yang ada di lantai dua kepada Bude Paiman, ibu sepuh pemilik rumah. Setelah memperoleh jemuran yang dianggap miliknya, Runi segera membawa pulang.

Sampai di rumah, Runi berusaha melipat dan menata hasil cucian tersebut sebelum disetrika. Maksudnya agar memudahkan De War menyetrikanya nanti. Namun, betapa kaget sang suami karena benda-benda yang dicari ditemukannya di tumpukan itu. Padahal, baik kaos singlet maupun kaos kaki tersebut belum pernah dipakai, mengapa dicuci?

Keesokan harinya, Runi dan suami bertanya baik-baik kepada sang pembantu rumah tangga.

"De ... Sampeyan weruh simpenan kaos singlet karo kaos kakiku sing anyar? Arep tak gowo kok nggak ono! Padahal, wes disulam!" tanya suami Runi lembut.

"Aku ora weruh!" jawabnya sewot.

"Aku nemu neng jemuran, De! Ono kaos limo, la iki sing loro anyar gres! Berarti ...,"  terang Runi tenang.

"Aku ora ngerti!" teriaknya memotong.

"Sampeyan ngaku wae, daripada kedowo-dowo!"

"Sampeyan nuduh aku? Yen ngono saiki ugo aku metu soko kene!" sang asisten rumah tangga kian berang.

"Loh, rungokno disik ...!"

"Ra usah! Aku wes muak!" jawabnya sambil keluar dari rumah.

 Pertengkaran gara-gara menanyakan kaos singlet dan kaos kaki yang ditemukan Runi di rumah tetangga tersebut, memicu keluarnya si asisten rumah tangga dari rumah keluarga Runi. Memang beberapa saat Runi dan suami telah mengetahui gelagat negatif yang dilakukan. Namun, pasangan muda tersebut tidak mengemukakan secara langsung dan tetap mempertahankan diri si pembantu. Mengingat mereka pun masih sangat membutuhkan jasa dan bantuannya dalam mengurus kerumahtanggaan.

Bukan hanya kecurigaan, melainkan telah dibuktikan kebenarannya. Misalnya saja, Runi dan keluarga tidak pernah menggunakan gula secara berlebihan. Namun, setiap bulan belanja gula bisa hampir sepuluh kilogram. Lalu, tagihan belanja dari tetangga yang berdagang di rumah. Runi ditagih, padahal tidak pernah menyuruh berbelanja apalagi berutang. Tabu bagi Runi.

Sementara itu, suami Runi yang membeli minyak goreng dengan ukuran jerigen dua literan itu selalu menandai tinggi permukaan minyak tersebut dengan spidol. Ditengarai bahwa minyak selalu berkurang setiap hari, padahal tidak banyak menggoreng.
Bukankah wajar kalau sebagai majikan bertindak waspada dan mencermati perilaku pembantunya? Suami Runi yang seorang akuntan, tentulah sangat teliti dan jeli dalam mengelola keuangan, termasuk belanja bulanan di koperasi sekolahnya itu. Meskipun Runi tidak ikut-ikutan mengatur keuangan, dengan gigih ia ikut membantu sang suami bekerja keras. Mengajar di sana sini sebagai upaya mengejar mimpi.

Sebagai keluarga muda, Runi dan suami rajin menabung sebab memiliki berbagai keinginan di masa mendatang. Maka, ketika merasa ada sesuatu yang tidak beres, hama, atau benalu yang mengganggu, Runi dan suami bersepakat untuk bertindak bijak.

Diam-diam, Runi pun menemui Mbak Min, istri Mas Ujang, tetangga sebelah di rumah mereka. Ditanyakan langsung kepada Mbak Min, perihal kaos singlet dan kaos kaki yang ditemukannya.

"Waduh! Maaf, Mbak Nik! Karena saya juga bekerja, kurang paham dengan hal itu!"

"Mbak, bolehkah saya melihat kaos milik Mas Ujang?"

"Monggo saja." Diambil dari kamar, dibawakan, dan ditunjukkanlah beberapa kaos singlet milik suaminya.    

 "Mbak, maaf! Ini kaos singlet suami saya! Ini buktinya!" Runi menunjukkan sulaman inisial KS yang disulam tersembunyi di suatu tempat.

Tentu saja Mbak Min terlonjak. Kaget.

"Bukan hanya itu, Mbak! Mohon maaf!"

Runi pun menunjukkan catatan pembelian gula dan tagihan dari tetangga tentang belanja yang sudah dilakukan De Warti mengatasnamakan dirinya. Termasuk jerigen dengan tanda permukaan spidol yang dibuat oleh suaminya.

"Maaf, karena sangat ingin tahu, saya sampai tanya Arif, masakan apa yang suatu hari Mbak berikan pada anak-anak. Dan saya kaget karena Arif mengatakan persis seperti belanjaan yang ditagih," jelas Runi menghela napas panjang.

"Jadi, selama ini ...."

"Ya, yang sudah lalu biarlah berlalu. Sekarang Mbak Min mengetahui kenyataannya bagaimana. Saya tidak  memfitnah, juga tidak menuduh, tetapi menunjukkan fakta!"

"Aduuuhh, saya minta maaf ...."

"Sudah, tidak masalah. Jangan diperpanjang!"

"Kalau begitu ... kaos ini ...?"

"Biar saja, 'kan sudah dipakai Mas Ujang. Yang baru sajalah yang saya ambil!"

"Mbak Nik ... maafkan saya, ya! Saya selama ini tidak berpikir negatif sama sekali!"

***

Suatu pelajaran hidup sangat merasuk di dalam hati Runi. Teringatlah ia akan bunyi sabda-Nya dalam Perjanjian Lama: Janganlah kerap kali datang ke rumah sesamamu supaya jangan ia bosan lalu membencimu. (Ams 25; 17)

"Ternyata benar. Allah sudah berpesan agar kita tidak gemar nonggo, main ke rumah tetangga karena berdampak negatif juga," gumamnya.

***

 Dengan  dibersamai dua orang adik kandung, keesokan harinya mertua Runi mengunjungi De War di rumah majikan baru. Sang majikan baru tersebut sangat senang karena ada keluarga yang datang menjenguk.

Setelah berbasa-basi beberapa saat, secara terang-terangan sang majikan meminta agar mertua dan keluarga membawa pulang De War. Mereka sudah tidak mau mempekerjakan lagi karena perut sudah tampak membuncit.  

Catatan:
1.Tak etung wes nem wulan iki Warti ra mulih, engko gek ... : kuhitung sudah enam bulan ini Warti tidak pulang, nanti jangan-jangan ...  
2.La, iyo, Yu ... aku kok yo mbatin, mengko gek ... meteng!: La, iya, Kak, aku kok juga membatin, jangan-jangan hamil.
3.La, yo kuwi! Apike disambangi wae, Ndhuk!" : La, ya itu. Baiknya dikunjungi saja, Dik.
4.De ... Sampeyan weruh simpenan kaos singlet karo kaos kakiku sing anyar? Arep tak gowo kok nggak ono! Padahal, wes disulam! : De, Anda tahu simpanan kaos singlet dan kaos kakiku yang baru? Akan kubawa kok tidak ada! Padahal sudah disulam!
5.Aku ora weruh!: saya tidak tahu.
6.Aku nemu neng jemuran, De! Ono kaos limo, la iki sing loro anyar gres! Berarti ...:  Saya menemukan di jemuran, De. Ada kaos lima, la yang dua baru. Berarti ....
7.Aku ora ngerti!: aku tidak mengerti.
8.Sampeyan ngaku wae, daripada kedowo-dowo!: mengaku sajalah daripada berpanjang kalam.
9.Sampeyan nuduh aku? Yen ngono saiki ugo aku metu soko kene!: kamu menuduh saya? Kalau begitu sekarang juga aku keluar dari sini!
10.Loh, rungokno disik ...!: Loh, dengarkan dulu!
11. Ra usah! Aku wes muak!: Tidak perlu! Aku sudah muak!

12. Monggo : silakan 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun