"Hehe ... cukup gini aja!" dalihnya.
"Kenapa? Kita coba, yuk? Pelan-pelan saja?" ajuknya.
Si gadis menggeleng tegas, "Kita masih harus giat belajar untuk mempersiapkan masa depan!"
"Hmm, iya, deh. Kita harus tetap semangat, ya!"
Sambil mengangguk-angguk dijawab lembut, "He ... eh, bener banget!"
Saat itu, Dianing duduk di kelas 1 Sekolah Pendidikan Guru. Sementara, sejak dua tahun lalu Bama indekos di kota lain karena melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertanian Atas. Sejak  pindah ke kota lain, mereka melanjutkan hubungan melalui surat-menyurat. Â
Sejak liburan semester kedua kala itu, perlahan-lahan Bama tidak lagi bersurat. Dianing pikir, mungkin sang Arjuna sedang melaksanakan praktik kerja lapangan sehingga kesibukan menghalangi untuk menulis surat. Sementara, Dianing mempersiapkan diri pula untuk ujian semester guna kenaikan menuju ke kelas akhir.
Ketika sedang hendak membeli lilin ulang tahun ke-17, Dianing bertemu Eka Rahajeng sahabat seangkatan, sekaligus tetangga Bama.
"Dik, Dik Dian!" seru Eka dari seberang jalan.
"Iya, Mbak!"
"Ke rumahku sebentar, yuk!" ajaknya.