Sempat kubilang, "Kenapa kau bersikap begitu? Mana ada teman yang merampas seenaknya saja makanan  bukan miliknya?"
Akan tetapi, Goldy  si ikan mas justru tidak mengakui Ramiu sebagai teman dan malah mengejeknya.
"Aku tidak mau berteman dengan ikan gurame jelek seperti Ramiu, hahaha! Apa peduliku pada kalian?"
Setelah  itu, Goldy  pergi meninggalkan kami berdua begitu saja. Ramiu sempat berkecil hati dan menganggap sudah sewajarnya ikan jelek seperti dirinya diperlakukan seperti itu.
 "Semua makhluk hidup patut untuk diperlakukan dengan baik. Semua makhluk layak berbahagia, Kawan! Apalagi  ikan gurame baik hati seperti dirimu ini, Ramiu!" hiburku.
Mendengar penjelasanku, Ramiu merasa membaik. Selanjutnya, kami berdua mulai mengumpulkan makanan lagi untuk menggantikan persediaan makanan  yang telah kosong.
Sore hari telah tiba. Air  sungai saat itu memantulkan cahaya jingga kemerahan dari matahari yang akan terbenam.
"Hmmm ... indah nian swastamita yang begitu memesona!" gumamku.
"Apa katamu, Koisan?" Swas ...,"
"Swastamita, Ramiu. Indah, bukan? Semuanya jadi berwarna jingga!"
"Ohh ... swastamita, ya. Bagus banget. Nama itu sesuai dengan kondisinya ... sama-sama indah!" seru gurame sambil menyembulkan muka ke permukaan air.