"Kakak nih biasa, deh! Suka lelet!" sembur Lani ketika si sulung tetiba menerombol kedua adiknya menuju kendaraan.
"Heheh ... perut Kakak, Dik!" dalih sulung sambil meringis.
"Kebiasaan!" sembur Lani.
"Ayolah, aku olga jam pertama!" Lina protes.
"Pamit dulu, Bu!" ujar Pak Iman sambil membungkuk santun.
"Hati-hati di jalan, Pak!" sang bunda melambaikan tangan.
"Semangat belajarnya, Nak!" ujarnya sambil mengisyaratkan cium jauh.
Di perjalanan ketiga kakak beradik itu masing-masing dengan pikiran sendiri. Diam bergeming sehingga Pak Iman pun terheran-heran.
"Tumben, nih anak-anak diam-diaman!" pikir Pak Iman. "Mungkin ada masalah sehingga saling marah-marahan. Hmm, biasalah. Kalau dekat marahan, tetapi kalau jauh saling merindukan. Dasar anak-anak!"
*** Â
Sesampai di sekolah, pikiran Lani tidak bisa fokus pada pelajaran. Dia masih kepikiran, "Mau ke mana Lina? Mau acara apa dia? Dengan siapa dia pergi?" pertanyaan-pertanyaan itu sangat mengganggu pikirannya sejak awal jam pelajaran pertama.