"Ayooo .... Siapa yang belum siap? Segera turun Klana! Itu kendaraan sudah siap!" teriak sang bunda memanggil sulung yang biasanya agak lelet kalau hendak berangkat sekolah pagi hari.
Baik Lani maupun Lina sudah siap. Bekal berupa burger home made ala-ala pun sudah ditenteng di tempat bekal masing-masing. Bi Imah buru-buru menyerahkan tiga botol sari jeruk manis kepada anak-anak. Tinggal Klana yang belum turun dari kamar.
Raut muka Lani agak mendung, sementara Lina sebaliknya. Lina tampak sangat riang karena sudah memperoleh izin dari sang bunda hendak langsung ke rumah les yang masih dirahasiakannya.
"Bund, uang les dan uang bahan Lina ambil dari tabungan dulu, ya. Besok atau lusa Bunda ganti, ya!" bisik Lina saat mendekati sang bunda hendak berpamitan.
"Beres ... kamu tinggal bilang saja habis berapa. Dirinci rapi, ya!" jawab bundanya pelan dan lirih.
Namun, tak urung Lani cukup mendengar perbincangan bungsu itu. Hatinya makin bergelora, "Hah? Lina minta uang bahan? Memang ada acara apa tuh ragil!" batinnya.
"Hmmm ... mereka main rahasia-rahasiaan segala, sih!" gumamnya lirih sekali.
"Ada yang tertinggalkah, Kak?" selidik si bungsu saat melihat mulut Lani komat-kamit.
"Emm, ... nggak kok! Ayo segera berangkat!" ajaknya agak sewot.
"Kok, kurasa ada yang aneh, ya! Kak Lani kenapa, ya?" batin Lina keheranan melihat sikap dan tutur Lani yang sepertinya sewot atau sedikit kesal begitu.
"Hmmm, ya sudahlah! Kak Lani memang orang aneh!" pikirnya.