Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senandika Pagi

16 Juli 2024   06:30 Diperbarui: 16 Juli 2024   08:17 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hmmm ...," ia mengangguk-angguk sambil tetap mengayunkan sapu lidi daun aren yang pernah dibelinya dari pedagang keliling langganan.

"Eh, kok ... aku berdialog dengan diri sendiri, ya?" lirihnya.

"Itulah yang pada masa kanak-kanakmu dibilang oleh para tetua sebagai kakang kawah adi ari-ari. Jadi, sebenarnya ... hati kecilmu ini ... bisa diajak berbincang dan berdiskusi. Senyampang kamu waras saja!"

"Kok waras bagaimana? Apa ... kira-kira aku pernah agak gila alias depresi?"

"Loh ... masak kamu lupa? Saat masih muda dulu, kamu susah sekali diberi tahu oleh hati nuranimu, kan? Kamu seenak sendiri! Sulit banget dikasih tahu!"

"Ahahaha ... aku kan suka tempe, ya jangan dikasih tahu dong!"

"Hush! Sembarangan! Itulah segi ketinggian egomu! Kalau sedang kumat, susah juga diberi informasi faktual!"

"Hehe ... ya, ya ... maaf! Namanya juga orang muda, gimana sih? Kan sedang mencari jati diri!"

"Hmmm ... ya, tetapi karena dosa dan kesalahanmu itu sudah begitu parah, kusarankan nih ... jangan lupa setiap ketika, tepatnya saat datang kepada Tuhan di dalam doa, ungkapkanlah. Mintalah pengampunan atas kesrakahan dan kebandelan dirimu di saat muda itu!"

"Iya ... iya. Akan aku laksanakan!"

"Nah, makin tua memang harus makin manut, tidak bertindak gegabah, sembrono, tetapi harus merunduk. Tuhan yang mahabaik dan pemurah itu pasti akan berbelas kasih kalau kamu mendekatkan diri kepada-Nya!"  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun