Netra Anye mengerjap dengan indah sambil mengangguk tanda setuju. Maka, disuapinyalah sang kekasih dengan perlahan dan lembut. Hingga suapan terakhir, tugas Anye pun selesai.
"Hmm enak banget ... disuapi. Rasanya tambah nikmat! Apalagi ... jujur baru kali ini aku merasakan nikmatnya mi bayam jamur," puji Anye tanpa basa-basi.
"Hmm, tentu saja. Aku meraciknya dengan bumbu sejuta cinta, kok!"
Anye memandang netra pemuda gagah yang bersikap manis dan lembut itu dalam sekejap.
"Iya, sih. Bedaaa, banget! Terima kasih, ya!" sambutnya.
"Cuma gitu? Ih, pelit, ah!" usik Jalu sambil tetap menyuapkan kudapan hangat itu ke mulut sang kekasih.
"Pelit gimana?"
"Kok ... cuma aku yang memanggilmu dengan kata 'sayang'. Belum pernah kausebut aku dengan panggilan kata sayang, loh! Sebenarnya ... kamu sayang enggak, sih?" protesnya perlahan.
Anye tersenyum sangat manis hingga Jalu ... sejujurnya kelabakan juga, tetapi ditahan sekuat tenaga agar tugas kekasihnya segera selesai. Anye adalah belahan jiwanya. Tidak ada seorang gadis pun yang pernah singgah di dalam hatinya. Maka, dia berjanji akan menjaga rasa cinta itu agar tetap ada dan lestari adanya.
Setelah menyelesaikan pencarian data di internet, Jalu menawarkan apakah Anye memerlukan menge-print hasil selancarnya. Namun, Anye menggeleng sebab masih akan dikelompokkan dahulu. Tidak semua harus di-print out, hanya yang dibutuhkan saja.
"Sayang, kalau kamu perlu internetan lagi, nggak usah ke warnet. Bilang saja sama aku, kita akan menyelesaikannya di sini!"