Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

The Twin Dreams

16 Juni 2024   23:53 Diperbarui: 17 Juni 2024   00:04 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Wah, lumayan susah juga yaa ... berlari naik ke bukit!" seru Doni sambil terengah-engah di hari pertama minggu kedua.

"Huhh ... haahh ...," suara napas Lintang dan Bintang tidak bisa menjawab dengan baik.

Pak Embun dan seorang pembantu lain membawakan minuman dan kudapan ringan agar stamina lima anak kecil sebaya dengan usia sekitar 10 dan 11 tahun itu tidak sampai drop.

Demikianlah minggu kedua dijalani dengan senang hati. Hari berlari sebagaimana mereka berlatih berlari. Pada minggu keenam, kelima bocah itu sudah mengikuti rute yang biasa dilalui para atlet. Dengan demikian mereka bisa memperkirakan di mana tempat-tempat mereka membutuhkan dorongan semangat. Pak Embun pun sudah mencoba memprediksi dengan benar. Ditambah keterangan dari Pak Teja, kini diketahui pasti tempat tersulit yang hendak dilalui pasukan Marzuki, sebutan mereka untuk empat atlet dua pasangan kembar yang hendak membersamai Deo meraih mimpi.

"Ehh ... jangan Marzuki napa ... karena nama teman kita ada yang begitu, mending Martabak lebih enak hahahaha!" usul Lintang.

"Betul ... betul ... betul!" seru Doni Dino layaknya kembar plontos Upin Ipin.

Meledaklah tawa mereka.

Singkat kata mereka benar-benar menjadi juara pada ajang lari marathon yang digelar di kecamatan itu. Pasangan  duo kembar, Lintang-Bintang dan Dino-Doni pun memperoleh penghargaan karena kelima mereka beriringan berada sedikit di belakang Deo. Tentu saja mereka tidak berniat mendahului Deo karena tujuan utamanya adalah mengantar Deo meraih mimpinya.

Deo memperoleh hadiah dua juta rupiah tunai dan beasiswa yang diwujudkan sebagai biaya pendidikan hingga sarjana strata satu. Oleh karena itu, air mata mengalir deras di pipinya sehingga tidak bisa berkata-kata.

Kepala Sekolah, baik SD satu maupun SD dua berangkulan menyaksikan keberhasilan tim yang luar biasa itu. Papa Mama Lintang dan Bintang, serta keluarga Dino dan Doni pun merasa bangga dan bahagia. Apalagi Pak Embun dan Pak Teja. Bahkan, Pak Embun pun menangis terharu menyaksikan piala diborong oleh kelima atlet dadakan binaannya.

"Alhamdulilah, ... Man jadda waa jadda," seru Bapak dan Emak Deo dengan bercucuran air mata pula.  

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun