"Tapi ... kalau kulihat fisiknya bagus. Apalagi dia sudah terbiasa berjalan dengan beban berat setiap hari. Kaukira ringan apa memikul dua jerigen air beberapa kali dalam sehari setiap hari dengan kondisi medan seperti itu?" ujar Lintang tak mau kalah.
"Iya tahu ... kan kemarin kita cukup ngos-ngosan mendaki perbukitan ke arah belik itu! Berarti ... ya memang fisik dia oke sih ...!"
"Nah, itu dia! Apalagi kondisi rumahnya cukup memprihatinkan. Aku yakin, dengan hadiah yang lumayan itu ... kalau menang lomba ... setidaknya akan sangat membantunya, kan?" tambah Lintang.
Keduanya berpikir keras bagaimana cara membantu Deo sehingga salah satu teman SD-nya itu memperoleh suntikan dana segar melalui keikutsertaannya dalam lomba marathon. Namun, karena kelelahan, keduanya menyerah. Maka, masih menjadi rahasia berdua untuk memecahkan masalah itu.
Ya, baik si kembar Lintang dan Bintang maupun Deo bersekolah di sekolah dasar yang sama. Hanya saja, si kembar duduk di SD satu, sementara Deo di SD dua dengan jarak kurang lebih lima kilometer. Jika SD Karangharjo 1 berada pusat kota kecamatan, sementara SD Karangharjo 2 berada agak jauh masuk ke pedesaan di  tepi perbukitan. Tepatnya di pinggiran desa sehingga awalnya mereka tidak saling mengenal satu dengan yang lain.
Setiap tahun SD Karangharjo 1 selalu mengadakan penugasan bagi siswa-siswinya untuk semacam penelitian kecil-kecilan, misalnya mengenal lingkungan sekitar dengan meneliti kondisi desa perbukitan sebagai tetangga desanya, kondisi air dan pengairan, kondisi tumbuhan langka atau tanaman ekonomis di daerahnya, dan lain-lain. Hal ini tidak terlepas dari kiprah kepala sekolah dan guru yang berdedikasi tinggi sehingga meskipun masih jenjang SD para murid diarahkan untuk melakukan research yang berguna bagi masa depan mereka.
Terbukti bahwa dengan riset itu, kembar bisa mengenal Deo bahkan ikut memikirkan bagaimana Deo memperoleh bantuan dana segar melalui upaya dia sendiri. Sekecil itu, si kembar sudah memiliki empati terhadap sesamanya, luar biasa bukan? Ya, memang keluarga mereka sangat bertoleransi tinggi. Si kembar diajar untuk berbaur dengan masyarakat bawah yang justru kalau bisa harus ditolongnya. Nah, inilah hasil didikan dan bimbingan, baik dari kedua orang tua maupun dari para guru SD-nya.
Alhasil, keesokan harinya, si kembar menghadap Bapak Tejo yang menjadi guru pembimbing untuk mengikutsertakan Deo pada Lomba Marathon yang diadakan khusus untuk siswa kelas 5 dan 6 SD se-kecamatan itu.
"Wah, apa kamu yakin bisa mempersiapkan anak itu? Apa kamu yakin si ... siapa itu ... mau ikut lomba ini?" cecar Pak Tejo.
"Kan masih dua bulan lagi waktunya. Maka ... kami berdua akan mempersiapkannya dengan sebaik-baiknya!" cetus Lintang.
"Ya, Pak ... benar. Asal Bapak berkenan mendukung keinginan kami, saya dan teman-teman lain akan meyakinkan dan mengajaknya. Toh, ini semua semata-mata untuk membantu dia, Pak!"