Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mimpi Masa Muda

12 Juni 2024   19:31 Diperbarui: 12 Juni 2024   22:00 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ketiga, kakak mengajakku berpetualang ke daerah sepi. Diarahkannya mobil ke pedesaan tempat kakak menarik angsuran costumer-nya. Ketika jalan sepi, disuruhnya aku yang mengemudikan mobil. Kakak tetap menjadi instrukturku yang hebat. 

Demikianlah, cutinya digunakan untuk mengajariku mengendarai mobil.

Setelah cukup yakin, dimintanya aku menyetir ke daerah dengan jarak tempuh 30 km dengan daerah jalan berliku. Masih dengan instruktur si Om yang memberitahukan harus begini begitu. Misalnya, "Fokuskan ban depan kiri pada tepi jalan, garis putih itu, saat tidak ada pesepeda lewat agar kendaraan tetap berada di tepi jalan. Meskipun berbelok, tetap seperti itu! Ingat, moncong kiri kendaraan tetap di kiri, ya!"

"Jangan lupa tanda lampu sein. Lampu sein kiri gunanya untuk (1) memberi tahu jika kita hendak berbelok ke arah kiri, (2) kita akan berhenti. Sementara lampu sein kanan berguna untuk (1) memberi tahu jika kita hendak berbelok ke arah kanan, (2) kita akan berjalan setelah berhenti, dan (3) memberi tahu agar kendaraan di depan berhati-hati, (4) meminta agar kendaraan yang berpapasan memberi jalan, atau (5) kita hendak menyalib kendaraan di depan kita yang searah.

Nah, aturan penggunaan lampu sein ini sering tidak diindahkan oleh pengguna jalan sehingga terjadilah kecelakaan yang tidak diinginkan. Bahkan, klakson satu dua kali pun perlu, jika kita telah ditolong sopir kendaraan lain, misalnya mereka minggir agar kendaraan kita bisa lewat gang. Klakson itu pengganti ucapan terima kasih antarsopir, loh!"

Nah, apakah hal ini diketahui semua sopir? Entahlah, tetapi instruktur hebatku memberitahukannya secara detail.

"Saat tanjakan, ada kiat agar kendaraan tidak mundur. Kopling dan gas diinjak sama-sama alias sejajar. Dengan demikian kendaraan tidak akan mundur. Kalau takut mundur, bisa juga menggunakan hand rem, tetapi ini perlu cekatan dan tindakan cepat. Nanti kita akan berlatih sebaik mungkin sebab Malang kota penuh tanjakan hehehehe ...."

Ternyata, bersyukur, aku bisa melakukannya dengan lumayan baik. Meskipun belum memiliki SIM, aku sudah dianggapnya layak mengemudikan kendaraan. Jadi, ketika ada acara ke mana-mana dan aku sedang tidak sibuk, kakak pun mengajakku untuk menggantikan mengemudikan kendaraan. Di sisi lain, aku juga giat menabung karena ternyata bisa menyopir itu menyulut keinginan untuk memiliki kendaraan pribadi.

Ketika diberi kesempatan untuk memiliki mobil pribadi dengan sistem kredit, aku sudah bisa mengendarainya. Walaupun berbeda jenis dan merek. Saat belajar menggunakan sedan mungil milik kakak ada moncongnya, tetapi saat memiliki mobil sendiri model tanpa moncong. Maka, butuh penyesuaian juga.

Agar memiliki SIM dengan lebih mudah, aku terpaksa ikut kursus menyetir. Walaupun pada kenyataannya, aku sudah bisa melakukan, menyopir ke mana-mana. Di tempat kursus itu berlatih hanya sepuluh kali masing-masing satu jam. Semula ditawarkan gonta-ganti mobil, tetapi ternyata hingga sepuluh kali tetap hanya satu mobil. Rupanya akulah siswa terakhir karena setelah itu tutup, tidak ada murid lagi. Ya, sudahlah. Yang penting aku beroleh SIM melalui lembaga tertentu.

Untunglah saat itu masih model manual belum matic seperti sekarang. Sebab ternyata ketika tiga tahun lalu lupa tidak memperpanjang SIM, aku harus ikut ujian ulang menggunakan mobil manual juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun