Burung hantu yang masih mengantuk pun menuju sumber suara. Demikian juga kelinci, kancil, kijang, rusa, kerbau, banteng, babi, dan merak.
Semua menanyakan ada permasalahan apa hingga siang-siang dua ekor kucing raksasa mengaum membangunkan seisi hutan.
"Begini ... hutan ini terasa tidak aman karena sekelompok buaya telah meneror kita!" suara Pak Singa lantang.
"Meneror bagaimana?" selidik Harlo, si harimau loreng.
"La, iya ... mau minum saja dilarang-larang. Padahal, sedari dulu sungai ini bebas. Tempat kita semua. Tempat minum dan mandi secara bersama. Milik bersama, begitu 'kan teman-teman?" ujar Pak Singa berapi-api.
"Mungkinkah itu cuma gertak saja?" tanya Kancil.
"Gertak bagaimana? Jelas mereka mengancam, kok!" jawab Singa sewot.
"Iya, iya ... benar. Sejak buaya itu menempati sungai ini, kami pun tidak bebas berkubang!" tandas seekor kerbau.
Gajah yang tiba-tiba datang dengan langkah membuat seolah gempa pun bertutur, "Nah, itu juga masalah kawanan kami! Kasihan anak-anak yang baru lahir ... mereka tidak bisa berlatih menyemburkan air!"
"Betul, betul, betul!" ujar  Kancil menirukan film seri Ipin Upin.
"Coba tanyakan kepada para ikan, apakah mereka merasa terganggu dengan kehadiran kawanan buaya?" tanya Kerbau jantan yang gemas juga.