Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku tunggal 29 judul, antologi berbagai genre 169 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Minem

31 Mei 2024   20:06 Diperbarui: 31 Mei 2024   20:40 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baiklah. Nanti biar diajari sama Muntinah, ya! Sore ini saya berangkat ke Bali, soalnya."

"Mun ... Muntinah!" panggilnya cukup lantang.

"Inggih, Ibu. Wonten menopo?" Mun datang tergopoh-gopoh ke ruang tamu.

"Ini, buatlah minum dan sajikan camilan untuk Minem dan ayahnya. Selanjutnya, tolong Minem kamu ajari segala aktivitas untuk membantumu. Ajaklah bekerja langsung sambil kamu ajari sehingga bisa membantumu!"

"Siap, Ibu!" jawab Mun sangat santun di hadapan tamunya.

"Kamu yang sabar, ya Nduk. Namanya belajar itu harus telaten!" nasihat sang juragan.

"Inggih, Ibu," Minem tertunduk.

***

Kebetulan sebagai anak desa, Minem kurang suka tidur di kasur. Dia  memilih tidur di lantai beralaskan tikar rotan di bawah tempat tidur besi kuno yang ada di kamar itu. Tinggi tempat tidur satu meter sehingga Minem bisa leluasa di kolongnya. Bahkan, duduk pun kepalanya tidak terantuk. Itu karena tubuh Minem memang tidak tinggi. Seperti lulusan SD pada umumnya.

Tengah malam itu, Minem kaget luar biasa. Dia terbangun karena mendengar suara-suara derak aneh di ranjang tepat di atas kepalanya itu. Awalnya terdengar tawa  Yu Mun  kegelian. Sejenak kemudian, suara-suara aneh yang tak pernah didengarnya. Kadang seperti suara lenguh sapi saat hendak disembelih diseling desah bersahutan. Suara tertahan itu berulang-ulang, kadang dengan keluh dan rintihan. Kadang mirip erang harimau seperti yang biasa didengar dari hutan sekitar rumahnya. Minem makin takut. Ditutuplah mata dan telinga dengan bantal. Bahkan, sempat berpikir jangan-jangan itu suara makhluk halus, hantu, atau kuntilanak.

"Apakah aku bermimpi? Atau kamar ini angker?" pikir Minem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun