Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - mengisi usia senja dan bercanda dengan kata

Menulis sesuka hati, senyampang ada waktu, dan sebisanya saja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Damar Derana (Part 10)

19 Mei 2024   09:52 Diperbarui: 19 Mei 2024   10:32 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B


Kaget sekaligus kagum. Hal yang selama ini sangat dirindu dan didamba, ternyata justru si kemenakanlah yang memperoleh kesempatan itu. Sedikit iri, tetapi dia tetap bersyukur. Ada yang harus dilakukannya dengan segera menanggapi kondisi fisik si jelita.
Sambil menghela napas dan mengembuskan perlahan serta hati-hati, dirabalah permukaan perut membukit itu. Sekaligus dengan mengecek puncak bukit yang ternyata menghitam sempurna. Artinya, kedua bukit itu siap bekerja. Kelenjar penting bagi kehidupan itu siap menghasilkan karya.


"Maaa ... geli, ah!" seru Vivi manja.


Dengan netra sendu, Nadya  menanyai Vivi dengan lembut siapa ayah dari janin yang ada di dalam rahimnya itu, Vivi sedikit memundurkan diri sambil sontak membelalak.


Namun, ia bungkam seribu bahasa. Hanya air mata penjawabnya. Sungguh, si jelita tak pernah menyangka kalau hasil kerja lembur yang selama ini mereka laksanakan telah menghadirkan buah mahakarya ilahi di dalam rahimnya. Kaget sekali dia. Apalagi ... sang kekasih hati adalah suami sang bibi. Kaget, bingung, takut berbaur menjadi satu hingga mulutnya terkunci rapat.


"Pantas ... kadang seperti ada perasaan ... semacam ditarik-tarik dari dalam sana," batin Vivi ikut-ikutan meraba seluruh area tengah raganya itu.


 Vivi meneteskan air mata dalam diam.


Saat itulah, hati Nadya mulai waswas, "Jangan-jangan .... Ah, tidak!" ditepisnya suara hatinya yang dirasa negatif itu.


"Ah, ... siapa tahu Vivi sudah memiliki seseorang di luaran sana, tetapi takut sehingga terjadi malapetaka ini," hiburnya dalam hati.


Vivi pun tidak mungkin mengaku jujur.  Dia tidak bisa membongkar rahasia besar yang telah mereka lakukan bersama suami sang bibi. Aktivitas nonstop yang mereka lakukan sepanjang kepergian sang bibi itu ternyata benar-benar mengubah jalan hidupnya.  
Maka, Nadya membiarkan Vivi tenang dan tidak mengusik lagi dengan pertanyaan serupa. Nadya berjanji di dalam hati hendak menyelidikinya pelan-pelan.


"Sayang ... apakah kamu sudah merasakan semacam keduten? Denyut-denyut gitu?" tanya Nadya perlahan.


Vivi menggeleng perlahan, tetapi Nadya paham bahwa sang kemenakan pasti belum menyadari kalau janin telah berdenyut. Si janin telah bernyawa. Nadya bahkan ingin sekali mengajaknya melakukan USG agar diketahui pasti jenis kelamin dan usia kandungannya. Kalau perlu sekalian tes DNA juga, pikirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun