Kaget sekaligus kagum. Hal yang selama ini sangat dirindu dan didamba, ternyata justru si kemenakanlah yang memperoleh kesempatan itu. Sedikit iri, tetapi dia tetap bersyukur. Ada yang harus dilakukannya dengan segera menanggapi kondisi fisik si jelita.
Sambil menghela napas dan mengembuskan perlahan serta hati-hati, dirabalah permukaan perut membukit itu. Sekaligus dengan mengecek puncak bukit yang ternyata menghitam sempurna. Artinya, kedua bukit itu siap bekerja. Kelenjar penting bagi kehidupan itu siap menghasilkan karya.
"Maaa ... geli, ah!" seru Vivi manja.
Dengan netra sendu, Nadya  menanyai Vivi dengan lembut siapa ayah dari janin yang ada di dalam rahimnya itu, Vivi sedikit memundurkan diri sambil sontak membelalak.
Namun, ia bungkam seribu bahasa. Hanya air mata penjawabnya. Sungguh, si jelita tak pernah menyangka kalau hasil kerja lembur yang selama ini mereka laksanakan telah menghadirkan buah mahakarya ilahi di dalam rahimnya. Kaget sekali dia. Apalagi ... sang kekasih hati adalah suami sang bibi. Kaget, bingung, takut berbaur menjadi satu hingga mulutnya terkunci rapat.
"Pantas ... kadang seperti ada perasaan ... semacam ditarik-tarik dari dalam sana," batin Vivi ikut-ikutan meraba seluruh area tengah raganya itu.
 Vivi meneteskan air mata dalam diam.
Saat itulah, hati Nadya mulai waswas, "Jangan-jangan .... Ah, tidak!" ditepisnya suara hatinya yang dirasa negatif itu.
"Ah, ... siapa tahu Vivi sudah memiliki seseorang di luaran sana, tetapi takut sehingga terjadi malapetaka ini," hiburnya dalam hati.
Vivi pun tidak mungkin mengaku jujur. Â Dia tidak bisa membongkar rahasia besar yang telah mereka lakukan bersama suami sang bibi. Aktivitas nonstop yang mereka lakukan sepanjang kepergian sang bibi itu ternyata benar-benar mengubah jalan hidupnya. Â
Maka, Nadya membiarkan Vivi tenang dan tidak mengusik lagi dengan pertanyaan serupa. Nadya berjanji di dalam hati hendak menyelidikinya pelan-pelan.
"Sayang ... apakah kamu sudah merasakan semacam keduten? Denyut-denyut gitu?" tanya Nadya perlahan.
Vivi menggeleng perlahan, tetapi Nadya paham bahwa sang kemenakan pasti belum menyadari kalau janin telah berdenyut. Si janin telah bernyawa. Nadya bahkan ingin sekali mengajaknya melakukan USG agar diketahui pasti jenis kelamin dan usia kandungannya. Kalau perlu sekalian tes DNA juga, pikirnya.