Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pura-pura Lupa, Matahariku

4 Mei 2024   05:29 Diperbarui: 4 Mei 2024   05:31 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ehm, ... aku berharap semoga sepeninggalku Adik selalu bahagia! Nah, kalau tidak merespons dan hanya menangis, baiklah aku pulang saja!" pamitnya sambil beranjak meninggalkan kursi.

Sementara, aku masih mematung. Persis seperti lirik "Matahariku" yang dikumandangkan Agnes Monika ini: 

Berjuta warna pelangi di dalam hati

Sejenak luluh bergeming menjauh pergi

Tak ada lagi cahaya suci

Semua nada beranjak, aku terdiam sepi

Tetiba di tengah keheningan sejenak itu, terdengar suara sopran berteriak menggelegar dari arah jalanan hingga aku tersadar dari kebekuan dan kebisuan.

"Sudah, Mas? Yuk, cepetan! Dik Nina ... kami pergi dulu, ya! Ada acara inaugurasi di kampus," tetiba Mbak Etik datang tergopoh-gopoh ke indekosku.

Dia datang tanpa kuundang tepat pada situasi kacau sehingga cukup mengagetkan.

Dengan busana rapi dan elegan, rambut sepinggang tergerai indah, diteriakkan panggilan untuk Mas Yus. Bertepatan dengan pamitan Mas Yus yang belum sempat pula kujawab. Aku terperangah!

Dengarlah matahariku, suara tangisanku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun