"Ehm, ... aku berharap semoga sepeninggalku Adik selalu bahagia! Nah, kalau tidak merespons dan hanya menangis, baiklah aku pulang saja!" pamitnya sambil beranjak meninggalkan kursi.
Sementara, aku masih mematung. Persis seperti lirik "Matahariku" yang dikumandangkan Agnes Monika ini:Â
Berjuta warna pelangi di dalam hati
Sejenak luluh bergeming menjauh pergi
Tak ada lagi cahaya suci
Semua nada beranjak, aku terdiam sepi
Tetiba di tengah keheningan sejenak itu, terdengar suara sopran berteriak menggelegar dari arah jalanan hingga aku tersadar dari kebekuan dan kebisuan.
"Sudah, Mas? Yuk, cepetan! Dik Nina ... kami pergi dulu, ya! Ada acara inaugurasi di kampus," tetiba Mbak Etik datang tergopoh-gopoh ke indekosku.
Dia datang tanpa kuundang tepat pada situasi kacau sehingga cukup mengagetkan.
Dengan busana rapi dan elegan, rambut sepinggang tergerai indah, diteriakkan panggilan untuk Mas Yus. Bertepatan dengan pamitan Mas Yus yang belum sempat pula kujawab. Aku terperangah!
Dengarlah matahariku, suara tangisanku