Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pura-pura Lupa, Matahariku

4 Mei 2024   05:29 Diperbarui: 4 Mei 2024   05:31 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

#

Hari demi hari berlari dengan begitu cepat sehingga tiada terasa sudah sekitar empat bulan berlalu. Saat aku sudah mulai terbiasa dengan hidup sendiri, tanpa direcoki kehadiran Mas Yus baik di tempat indekos maupun di kampus lagi, prestasiku kian melejit. Ada beberapa event cipta dan baca puisi yang menjadi kegemaranku dan dari sana aku berhasil menyabet kesuksesan demi kesuksesan. Perlahan, tetapi pasti rasa sakit yang mendera pun mulai pudar. 

Pulang kuliah aku bersegera menghambur keluar, memisahkan diri dari teman-teman. Ada kalanya aku melarikan diri ke lantai dua, ke perpustakaan pusat  untuk sekadar mencari referensi tugas dosen. Atau segera ke rumah Bu Yonas yang mempekerjakan banyak wanita untuk membantu menyulam sarung bantal sebagai handmade andalan.  Sungguh, alur hidup yang berubah drastis sehingga luput dari penglihatan dan kicauan teman kampus.

Dengan aktivitas baru tersebut, lumayan dapat kutepis ingatan kebersamaan dengan Mas Yus. Kalau biasanya pulang dari kampus kami masih bersama, entah mengerjakan tugas kampus atau sekadar membeli jajanan di sekitaran kampus, kini tidak lagi kami bertemu apalagi bersama-sama.

Pernah kudengar selentingan Mas Yus sedang mengikuti entah program KKN atau Menwa di pantai selatan, tetapi kabar burung tersebut tidak lagi berpengaruh bagi kehidupanku. Aku sudah mulai beradaptasi dengan aktivitas baru, kehidupan happy  jomlo. Ada sih ... satu dua teman yang menanyakan juga mengapa tidak tampak berduaan. Akan  tetapi, aku tidak menanggapinya secara serius.

Aku masih berusaha menjadi gadis ceria seperti sebelum-sebelumnya. Hanya, tingkat kecerewetanku saja yang mulai sangat berkurang. Demikian juga dengan kualitas kebersamaan dengan teman-teman sesama gadis. Aku membatasi diri bukan tanpa sebab. Memang kusengaja agar tidak tampak perih hati ini di mata orang lain.

"Hai, Nin ... sedang sibuk apa sekarang? Kok tidak pernah berdua lagi? Sedang gencatan senjata, ya?" tanya Mbak Pungki sambil menyejajarkan langkahnya dengan langkahku.

"Eh, ... bukan gencatan senjata, melainkan larangan dari keluarganya!" senyum tipisku sambil berpamitan untuk mendahului.

"Oo ...," kagetnya dengan mimik polos cukup lucu.

"Ups," aku membekap mulut sendiri, "duh ... keceplosan, deh!" sambil berlari kecil kutinggalkan Mbak Pungki yang masih berdiri di tepian jalan. 

#

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun