Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pura-pura Lupa, Matahariku

4 Mei 2024   05:29 Diperbarui: 4 Mei 2024   05:31 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Wahai, ... tak tahukah kamu Mas bahwa hatiku yang telah pecah berkeping-keping ini menjadi makin lumat mendengar penuturan lembutmu?" keluh hatiku.

Tak urung, netraku pun mengembun dan tetes embun itu diusap dengan jemari jempolnya begitu perlahan sambil mengembuskan napas panjang.

Sementara, nada dering gawaiku tetiba nyaring berbunyi. Sepenggal lagu Petrus Mahendra mengalun sahdu ....

Jangan datang lagi cinta

Bagaimana aku bisa lupa

Padahal kau tahu keadaannya

Kau bukanlah untukku

Segera kutarik tanganku dari pegangan Mas Yus. Aku berusaha menghapus air mata yang menganak sungai dan menghentikan tangis yang kian mendera. Kuambil gawai, sayang panggilan dari nomor tidak kukenal pun berhenti.

"Sudah ada yang barukah, Dik? Maksudku ... penggantiku," tanyanya menyelidik.

"Ya, Allah ... teganya kamu, Mas," keluhku dalam hati.

Namun, lidahku kelu. Hanya kutatap manik netranya tanpa bicara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun