"Beruntung uang Femi tidak Femi bawa pulang!" seruku, "Aman!"
"Uang apa?" tanya ibuku menelisik.
"Uang beneranlah, masa uang bohongan?" seruku.
"Ada apa lagi ini? Kejutan macam apa pula?" keluh kedua orang tuaku.
Tentu saja aku tidak berniat membocorkan rahasiaku. Aku ingin menjadi pedagang kuliner sukses berawal dari aktivitasku menjajakan es lilin keliling kampung. Biarlah kedua orang tuaku tidak mengetahuinya.
"Diam, Fem!" begitu suara hatiku hingga aku pun tak hendak membocorkan rahasia tersebut.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H