"Asal dari mana, Dik?" tanyanya sambil menoleh.
"Tulungagung, Kak!"
"Wah, banyak banget manusia Tulungagung di sini, nih!" serunya sambil tertawa lirih.
"Huuss, jangan berisik!" bisik kakak di sebelah kananku yang memberikan kursinya.
Tiba-tiba aku merasa rambut panjangku ditarik dari belakang sehingga mau tidak mau aku harus menoleh.
"Iihh, sakit tahu!" jeritku kesakitan.
"Jangan berisik, kuliah sebentar lagi dimulai!" sergah tetanggaku sekali lagi.
"Rambutku ditarik, Kak! Nggak sopan banget, 'kan?"
"Jangan ditarik lagi, Semprol!" katanya kepada seseorang yang menarik rambutku.
"Ikat saja rambutmu, Dik!" kata kakak di sebelah kananku sambil mengangsurkan karet gelang padaku.Â
"Kuliah memang sejogyanya tidak mengurai rambut seperti itu. Maka rambutmu ditarik!" nasihatnya.