Sebelum aku menjawab, dia melanjutkan, "Apa ada yang marah jika kutemani?"
Aku hanya menggeleng, tetapi jujur merasa kikuk juga ada orang yang menjejeri seperti ini. Aku juga merasa kurang bebas. Biasanya dengan leluasa aku berjalan sendiri dengan kecepatan sesuai seleraku, kini harus menyesuaikan diri dengan langkah kakinya.
Sampai di perpustakaan, seperti biasanya aku segera ke lokasi kartu katalog. Saat itu belum menggunakan sistem canggih seperti sekarang. Masih menggunakan cara manual. Tidak ada komputer yang digunakan untuk mengakses buku yang dibutuhkan secara cepat seperti sekarang. Harus mencari satu demi satu dengan teliti dan pelan sekali, lalu mencatatnya di selembar kertas yang sudah disediakan. Barulah kita menyodorkan kertas catatan tersebut kepada petugas agar petugas mencarikannya. Jika sudah bisa mencari sendiri, biasanya petugas mempersilakan kita mencari dan mengambil buku tersebut secara mandiri di rak sesuai kode buku masing-masing.
Setelah menemukan buku yang kubutuhkan, aku segera mencari tempat yang menurutku paling nyaman. Aku lupa kalau tadi ada yang menemaniku. Maka, tiba-tiba dia berbisik di telingaku sambil menunjukkan tempat untuk berdua di tempat lain. Anehnya, aku menurut saja apa katanya.
Setelah duduk berdua, bersisian, dia menunjukkan bagaimana cara merangkum buku referensi yang disarankan oleh dosen. Dia membawa catatan yang ditulisnya dengan rapi. Kepadaku ditunjukkan bahwa catatan yang rapi itu mempermudah seorang mahasiswa manakala dia sedang melakukan penulisan tugas akhir.
Ditunjukkannya pula bahwa catatannya itu ditulisnya sejak tiga tahun silam. Dia memperoleh ilmu itu dari kakaknya yang sekarang sedang melanjutkan kuliah program pascasarjana di kota lain. Dengan catatan rapi, mengikuti kuliah secara disiplin, tidak banyak berbicara saat kuliah berlangsung, dikatakan itu menuju jalan sukses. Sukses yang pertama, nilai indeks prestasi kumulatifnya lumayan bagus sehingga bisa memperoleh beasiswa. Sukses selanjutnya, seperti tadi dikatakannya, sangat membantu dalam penulisan tugas akhir atau sekadar paper yang diminta dosen.
"Kamu seorang gadis. Mestinya, tulisanmu lebih rapi daripada kami yang lelaki. Nah, cobalah contoh tulisanku ini!" katanya.
Aku pun mengeluarkan catatanku. Dia terheran-heran melihat bukuku yang hanya satu, lalu menanyakan mengapa aku menggunakan buku campuran, hanya satu buku yang dibawa kuliah.
"Iya, nanti di tempat kost saya salin, Kak. Saya tipe kinestetik sehingga harus menulis ulang agar bisa meresap ke dalam memori ingatan saya. Di rumah kos saya memiliki buku masing-masing mata kuliah. Ini saya lakukan juga agar tidak dipinjam kawan karena saya sadar, kawan pun suatu saat bisa menjadi lawan kita! Jadi, dengan buku campuran begini, tidak seorang pun bisa meminjamnya!"
"Wuahhh, ... oke banget. Kamu hebat juga, ya Dik! Siapa yang mengajarimu begitu?" tanyanya sambil manggut-manggut.
"Berdasarkan pengalaman, Kak! Saya bersaing dengan teman-teman untuk mempertahankan predikat bintang kelas paralel!" kataku malu-malu.