Kuntum
Kembang Kamboja
Ninik Sirtufi Rahayu
"Never regret a day in your life; good days give happiness, bad days give experiences, worst day give lessons,
and best day give memories."
Sepulang dari ziarah pada salah seorang teman yang dipanggil-Nya, aku dan dia kehujanan. Maklum bulan Desember yang kata orang Jawa sebagai keratabasa (istilah bahasa Jawa) sejenis akronim, yakni gede-gedene sumber. Artinya, sumber air tercurah dari lazuardi sedang besar. Apalagi, kami berdua tidak sedia payung sebelum hujan. Jadi, ya harus berteduh di sebuah kedai kosong dekat dengan area itu, masih beberapa langkah saja dari area makam.
Tetiba, sambil menadahkan tangan di tepi tiris kedai, dia bertanya, "Dik, di kuburan kayak gini, apa yang kauingat?"
"Emmh ... masa kecil bersama kawan-kawan, aku sering mengambil guguran kembang kamboja yang berkelopak genap, empat atau enam. Biasanya setiap kuntum 'kan punya lima mahkota, nah kalau dapat yang genap, rezeki banget!" seruku sambil menerawang.
"Trus apa lagi?" selidiknya.
"Pernah di sebuah lubang berair kami menemukan cumplung. Kelapa kering yang biasanya digunakan sebagai mainan dengan didorong menggunakan galah, tetapi ...."
"Tetapi apa?" penasaran juga dia.
"Ternyata ... yang kami kira cumplung itu ...."