Mohon tunggu...
Nindy Kumala
Nindy Kumala Mohon Tunggu... -

Membaca dan sangat mencintai untaian kata lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Diambang Kepalsuan Hidup

21 Januari 2011   09:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:19 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1295600688256806460

Luthfi hanya tersenyum menyeringai, lalu ia menjawab

"tidak secepat itu mas, aku mengerti kegundahanmu.. Namun, banyak hal yang perlu mas juga tahu dalam hidupku. Aku tidak ingin kita terlibat dalam emosi sesaat, yang akhirnya menyesatkan kita. Pikirkanlah masak-masak mas. Mas boleh main kerumahku dan berbicara pada ayahku. Tapi selama itu, aku tidak akan menemuimu, Ayahku pemuka masjid, aku harap mas mau belajar banyak dan kembali ke jalanNYA. Sehingga aku mampu yakin bahwa aku memang layak untukmu dan juga Aldrin.."

Seusai pertemuan itu, aku berjuang demi cintaku yang hakiki yang jauh dari kepalsuan hidup yang telah menjajahku selama bertahun-tahun ini. Kumohon Luthfi yang terkasih, semoga janji ini mampu kuraih demi anakku dan demi Tuhanku yang selama ini hilang...

--NIK

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun