"lelaki itu meninggalkanku tanpa sebuah kejelasan mas.. Saya tak mengerti apa yang dipikirkan pria itu, padahal pernikahan kami tinggal hitungan hari"
"Aku ikut prihatin Fi, tapi kamu jangan khawatir. Kamu pasti akan mendapatkan yang lebih baik darinya." dalam hati Ken, ingin sekali ia lantas meminang Luthfi secepat yang ia mampu. Tapi, ia tidak mungkin menambah beban pikiran Luthfi secepat itu, lagi pula Ken tetap bersikeras dengan jati dirinya yang tahu bahwa ia tak mau menikahkan Luthfi dengan situasi hatinya yang belum menentu itu, salah-salah hanya pelarian saja. Begitu cemasnya.
"Terima kasih mas, sudahlah memang Allah belum mengizinkan. Mas sendiri bagaimana? Bagaimana kabar Aldrin? dia pasti secantik ibunya" kalimat itu membuat air mata Ken mengaburkan pandangan kedua matanya.
"Aku ingin menikah lagi untuknya Fi, aku ingin menikah lagi untuk kebahagiaan anakku. Tapi, apa aku harus menikah saja dengan Ellen? aku tidak mencintainya Fi, dia hanya tempat pelarianku saja ketika jiwa ini hampa, kosong, dan segala kesesatan pikiranku. Aku tak tau harus bagaimana menanggapi dilema ini Fi" terdiam dalam lamunannya
"Sholat mas, mas muslim kan? atau nasrani? kalau begitu mas berdoalah ke gereja secepatnya"
"aku pernah muslim ketika Zamila masih ada, namun kebodohanku ini lantas membuatku terpuruk dan menjatuhkanku menjadi sosok yang tak ingin mendekat pada Tuhan."
"Jelas mas, jelas jiwa mas kosong dan hampa. Apa mas tidak menyadarinya? Maaf, memang agak sulit berpikir dengan hati ketika kita dikelilingi berbagai nikmat dunia.."
"maksudmu Fi ?"
"Ya mas, mas sukses secara materi, wanita manapun bisa mas dapatkan. Tapi mas akan selalu merasa hampa, karena ruhani mas tak terisi. Saranku carilah istri yang sholiha mas. Mas mau Aldrin tumbuh menjadi wanita yang berkualitas kan lahir dan batin ?"
"..." terdiam dalam lamunannya Ken tak kuasa untuk menahan hasratnya untuk berkata,
"aku ingin kamu yang jadi istriku Fi, sungguh.. dan aku tidak mengada-ada. Maukah kamu"