"gimana itu sama si Brunei ? udah cepet aja deh kalau mau ngomongin bisnis. Aku capai, mau main juga sama Aldrin." jawab Ken ketus
Tak terasa malam menghinggapi, Ken berencana di weekend besok ia dapat menghabiskan waktu dengan Aldrin sepuasnya. Kali ini, ia berencana mengajaknya ke makam Zamila, kemudian setelah itu ia akan mengajak putri kecilnya kemana pun tempat-tempat indah. Hanya ia, Aldrin dan juga si bibi.
"kamu nggak pulang Len? aku capai nih, mau tidur.. ngantuk banget, hhoooaammm!"
"aku mau nginep, boleh kan?" rayu Ellen menggelayut manja pada Ken, namun Ken hanya menjawab
"terserah kamu, aku nggak ngelarang. Mau tidur diruang tamu, diluar, dikamar tamu atau sama bibi silakan. Aku ngantuk banget, night.." Ken menyelonong masuk ke kamarnya serta merta menguncinya. Apalah daya Ellen, ia pulang. Karena sesungguhnya ia hanya ingin tidur bersama Ken.
Angin disore itu benar-benar melenakan Ken dan Aldrin, ia merasa hidupnya terkadang sudah cukup dengan yang ada. Tanpa pengganti Zamila, namun ia sadar bahwa cepat atau lambat, Aldrin akan merindukan sosok ibu. Ibu yang layak untuknya,, ungkapnya dalam hati.
Saat asyik bermain dengan Aldrin dihamparan rerumputan yang begitu luas, Ken berniat membelikan es krim buat si cantik tercinta. Begitu semangat ia berlari menghampiri tukang es krim, hingga ia kehilangan keseimbangan dirinya, kemudian hampir jatuh dan membuat si tukang es krim menumpahkan es krim itu ke baju salah seorang wanita yang kira-kira usianya 30-an. Moleknya wanita itu membuat Ken nampak berdebar, wanita itu sangat anggun dengan gamis kelabunya. Namun Ken tersadar, apa yang ia rasakan itu adalah salah. Bagaimana jika aku diperhatikan suaminya dari kejauhan, astaga aku membuat gaunnya kotor! Bisiknya dalam hati.
"Duuh, maaf loh mbak saya nggak sengaja.. Waduh bagaimana ya, gaun mbak jadi kotor pula! Stupid am i!" cerca Ken yang tak memaafkan dirinya.
"sudah mas, nggak apa-apa. Saya bisa bersihkan di toilet kok." sebelum wanita itu berlalu dengan cepat, Ken tak sanggup melepaskanya, celaka! ada apa aku ini.. kenapa aku harus menahannya seperti ini, bagaimana jika seandainya aku ditebas oleh suaminya, namun apa gerangan yang memaksa diri ini.
"maaf ya mbak, sekali lagi saya mohon maaf.. Suami dan anak-anak mbak mana? biar saya gantikan saja es krim untuk anak mbak ya..?"
"oh tidak perlu mas, lagi pula ini es krim untuk keponakan saya. Saya juga belum bersuami, mohon doanya saja."